Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump menandatangani perjanjian perdagangan dengan China. Hal itu akan menunda putaran tarif baru yang sebelumnya akan diberlakukan pada 15 Desember 2019.
Sebaliknya, jika Washington berkata lain, tarif baru ini akan mengenai produk impor China seperti smartphone dan mainan anak dengan nilai sekitar US$160 miliar.
Kesepakatan yang disampaikan oleh penasihat perdagangan kepada Trump pada Kamis (12/12), termasuk janji China untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS.
"Para pejabat pemerintah juga membahas kemungkinan pengurangan bea eksisting yang melekat pada sejumlah produk China," ujar sumber yang tidak disebutkan namanya, dikutip Bloomberg, Jumat (13/12/2019).
Untuk saat ini, tambah sumber tersebut, ketentuan dari perjanjian dagang fase satu telah disepakati namun dokumen resminya belum selesai disusun.
Saham global mencapai rekor tertinggi dan imbal hasil obligasi naik karena optimisme atas perdagangan.
Melalui akun Twitternya, Trump menyampaikan bahwa AS dan China tidak lama lagi akan menandatangani kesepakatan dagang besar.
Pernyataannya mengirim ekuitas lebih tinggi diikuti dengan yuan yang menguat ke rekor tertinggi sepanjang tahun ini.
Sebelumnya, Trump sempat berubah pikiran tentang kesepakatan dagang dengan China.
Para negosiator telah menyusun ketentuan dari perjanjian dagang fase satu selama berbulan-bulan setelah presiden mengumumkan, pada bulan Oktober, bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan yang dapat disahkan dalam hitungan pekan.
AS telah menetapkan bea sebesar 25 persen untuk sekitar US$250 miliar produk China, ditambah dengan tarif 15 persen pada impor China lainnya senilai US$110 miliar selama perang dagang yang berlangsung 20 bulan belakangan.
Diskusi antara negosiator saat ini difokuskan pada pemangkasan setengah dari tarif eksisting, yang juga sudah pernah disampaikan Trump sejak sembilan pekan lalu.
Selain peningkatan signifikan dalam pembelian produk pertanian AS sebagai imbalan atas keringanan tarif, para pejabat juga mengatakan perjanjian tahap satu akan mencakup komitmen China dalam mengatasi pencurian kekayaan intelektual dan kesepakatan oleh kedua belah pihak untuk tidak memanipulasi mata uang.
Dalam diskusi berikutnya negosiator akan membahas isu yang lebih rumit seperti keluhan AS terkait subsidi yang disalurkan pemerintah China, mulai dari listrik murah hingga pinjaman dengan beban ringan, untuk membangun kekuatan industrinya.
Langkah yang diambil Trump ini sedikit banyak dipengaruhi oleh dilema pemilu 2020 yang ada di depan mata.
Trump dihadapkan pada pilihan untuk terus menanggapi China dengan tarif agresif atau mendengarkan permintaan pasar dan pengusaha yang menuntut penundaan perang dagang untuk sementara selama masa pemilu.
Menurut Kepala Ekonom Bloomberg Tom Orlik, hasil dari perundingan dagang AS-China akan menjadi penentu utama pertumbuhan ekonomi di 2020.
"Pada suatu titik, jika tarif dagang kembali seperti pada Mei 2019 dan gencatan senjata tarif dagang dipastikan, PDB global dapat menguat 0,6 persen. Jika terjadi sebaliknya, perlambatan akan berlanjut ke tahun berikutnya," kata Orlik.