Bisnis.com, JAKARTA - Iran mengklaim masih menjual minyaknya kendati mendapat sanksi ekspor dari Amerika Serikat.
Wakil Presiden Eshaq Jahangiri mengatakan meskipun terdapat tekanan Amerika dan pengenaan sanksi terhadap ekspor minyak, negaranya masih melanjutkan penjualan dengan menggunakan cara lain.
“Ketika bahkan negara-negara sahabat telah menyetop pembelian minyak kami karena khawatir sanksi dari AS [kami masih bisa berjualan],” katannya seperti dikutip Reuters, Selasa (3/12/2019).
Relasi antara kedua musuh bebuyutan itu mencapai titik krisis pada tahun lalu, setelah Presiden AS Donald Trump mengabaikan pakta 2015 antara Iran dan sejumlah kekuatan dunia. Lewat pakta tersebut, Iran menyetujui pembatasan program dengan imbalan pencabutan sanksi.
Berbicara di sebuah acara di Kentucky, Senin (2/12/2019) waktu setempat, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengklaim, sanksi terhadap Teheran telah efektif, menghasilkan penurunan kekayaan Iran dan mengurangi kemampuannya berdagang dengan negara-negara lain di dunia.
“Kabar baiknya, terlepas dari apa yang dunia katakan kepada Presiden Trump, bahwa sanksi AS tak akan bekerja, dunia salah. Sanksi tersebut sangat berhasil,” katanya.
Washington telah menjatuhkan kembali sanksi yang bertujuan menghentikan semua ekspor minyak Iran. Sanksi tersebut memaksa Iran untuk menegosiasi guna mencapai kesepakatan yang lebih luas. Namun, kekuatan dunia lain yang telah menandatangani pakta pada nuklir 2015 belum mengembalikan sanksi mereka sendiri.
Teheran telah menolak pembicaraan kecuali Washington kembali ke kesepakatan nuklir dan mencabut semua sanksinya.
“Mereka telah gagal membuat ekspor minyak kami nol sebagaimana direncanakan,” ujarnya.