Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Chili Sebastian Pinera memperingatkan tentang potensi "bahaya yang tidak dapat diperbaiki" akibat maraknya aksi kekerasan, pembakaran dan penjarahan di seluruh negeri.
Insiden itu dilaporkan telah membuat peso anjlok ke tingkat terendah dalam sejarah.
Pinera mendesak Kongres untuk mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) yang diajukannya pekan lalu untuk meningkatkan keamanan dan memperkuat hukuman terhadap pelaku penjarahan dan perusakan.
Kerusuhan tersebut telah berlangsung lebih dari lima minggu akibat protes atas ketidaksetaraan dan layanan sosial yang buruk.
Kerusuhan telah menewaskan sedikitnya 26 orang dan lebih dari 13.500 terluka, menurut laporan pihak penegak hukum. Keacauan itu juga telah mengganggu sistem transportasi umum di Ibu Kota. Akibatnya para pebisnis dan pihak swasta rugi miliaran dolar AS.
"Kekerasan menyebabkan kerusakan yang mungkin tidak dapat diperbaiki bagi tubuh dan jiwa masyarakat kita," kata Pinera dari istana kepresidenan La Moneda seperti dikutip Reuters, Kamis (28/11/2019).
Jaime Quintana, Ketua Senat Chili, mengatakan di Twitter bahwa Pinera yang konservatif perlu bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.
“Pemerintah masih jauh dari melakukan segala yang dapat, dan seharusnya, telah dilakukan,” katanya.
Kerusuhan juga terjadi di negara-negara di seluruh Amerika Latin, termasuk Kolombia, Ekuador dan Bolivia dalam beberapa bulan terakhir. Aksi kekerasan itu meningkat seiring tuntutan untuk reformasi politik, sosial dan ekonomi.
Pihak Kementerian Dalam Negeri melaporkan bahwa polisi telah menangkap 915 orang, sementara jumlah "insiden serius" dalam semalam hampir dua kali lipat dari hari sebelumnya.
Peso Chili anjlok ke posisi terendah di penutupan pasar akibat kekerasan.
Penjarah memasuki sebuah hotel besar di kota wisata pantai La Serena, membalikkan meja, merobek lukisan dari dinding dan memecahkan jendela.