Bisnis.com, JAKARTA - Bankir papan atas mengatakan semakin banyak orang kaya Hong Kong yang membuka rekening di luar negeri untuk menjamin harta mereka jika kerusuhan berubah menjadi lebih buruk.
Bankir UBS Group AG, Credit Suisse Group AG dan Standard Chartered Plc mengungkapkan hal tersebut dalam Forum Ekonomi Baru di Beijing.
Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc. belumm melihat perubahan perilaku di antara para klien utamanya.
Perekonomian bekas jajahan Inggris itu terguncang setelah pengecer, restoran dan hotel memotong upah atau merumahkan karyawannya agar bisnis tetap bertahan di tengah penurunan pariwisata.
Kekhawatiran meningkat bahwa ketegangan berkepanjangan akan melemahkan industri keuangan Hong Kong, yang menyumbang sekitar 20% dari produk domestik bruto.
"Kami memantau klien yang membuka akun di Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Tapi ketika akun sudah dibuat, tidak banyak uang yang benar-benar dipindahkan," kata CEO Standard Chartered Bill Winters, dikutip melalui Bloomberg, Kamis (21/11/2019).
CEO UBS Sergio Ermotti juga menyampaikan fenomena serupa di mana beberapa kliennya membuka simpanan darurat.
"Diversifikasi akibat isu geopolitik bukanlah hal baru," kata Ermotti.
Di Credit Suisse, CEO Tidjane Thiam memilih untuk wait and see karena belum ada perpindahan simpanan dalam jumlah besar atau pergerakan yang signifikan dari para nasabahnya.
Adapun CEO DBS Group Holdings Ltd. Piyush Gupta menyampaikan bahwa nasabahnya sudah mulai membuka akun baru di luar negeri sejak beberapa bulan yang lalu.
Sulit untuk menghindari dampak kerusuhan yang semakin anarkis, sejumlah bankir bahkan mulai mencari pekerjaan di luar negeri.
Bankir investasi Citigroup Inc. ditahan polisi pekan lalu, sedangkan seorang karyawan JPMorgan Chase & Co. dipukul di luar kantor pusat Hong Kong. Ketegangan di jalan telah menjalar ke interaksi di kantor.
Di Standard Charted, arahannya jelas, karyawan diminta untuk meninggalkan pandangan politik di rumah kantor adalah tempat untuk bekerja.
Menurut CEO Goldman Sachs Group Inc. David Solomon sejauh ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Hong Kong berisiko kehilangan keunggulan keuangannya.
"Hong Kong memiliki peran penting sebagai pusat keuangan di kawasan Asia-Pasifik," katanya.
Dia berpendapat bahwa China dan dunia mengakui eksistensi Hong Kong terhadap industri keuangan, sehingga penting untuk menemukan resolusi dalam waktu dekat.