Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan keuangan di Hong Kong mendesak seluruh stafnya pada hari ini, Rabu (13/11/2019), untuk memprioritaskan keselamatan, dan bekerja dari rumah.
Aksi protes anti-pemerintah yang terjadi selama 3 hari terakhir telah melumpuhkan distrik bisnis Hong Kong dalam salah satu gangguan terbesar yang dihadapi oleh pusat keuangan Asia.
Pengaturan kerja yang fleksibel telah menjadi norma bagi banyak perusahaan besar di Hong Kong di saat aksi protes terus meningkat.
"Demi keselamatan Anda, tolong berlindung di tempat yang aman," tulis sebuah pesan yang dikirimkan J.P.Morgan kepada para stafnya, dikutip melalui Reuters, Rabu (13/11/2019).
Sebagian besar kantor cabang bank yang terletak di distrik bisnis, Central, tutup pada hari Rabu.
Para pengunjuk rasa dilaporkan menghancurkan kaca depan kantor cabang Bank of Communications (BoCom) dan menyemprotkan grafiti bertuliskan "Berjuang untuk Kebebasan!" di dekat pintu masuk.
Beberapa bisnis dari daratan China, khususnya bank-bank seperti BoCom, menjadi target serangan pengunjuk rasa yang marah terhadap apa yang mereka anggap sebagai disrupsi Beijing terhadap otonomi Hong Kong.
Standard Chartered, telah meminta staf untuk mempertimbangkan opsi kerja di luar kantor, seperti bekerja dari rumah dan menjadwal ulang pertemuan dan perjalanan, jika perlu, kata seorang juru bicara bank.
Perwakilan dari bank lain termasuk UBS, Citigroup, Societe Generale dan Bank of America mengatakan staf mereka telah diberi izin untuk bekerja dari jarak jauh. Seorang sumber di Prudential mengatakan semua staf telah dipulangkan.
Aksi protes anti-pemerintah Hong Kong telah melumpuhkan beberapa bagian kota sepanjang pekan ini, dengan penutupan beberapa jaringan transportasi, sekolah dan banyak bisnis di tengah aksi kekerasan terburuk sejak unjuk rasa di mulai lebih dari lima bulan lalu.
Kota ini adalah salah satu pusat keuangan terpenting di dunia dengan total aset perbankan, dana, dan manajemen kekayaan senilai lebih dari US$6 triliun.