Bisnis.com JAKARTA -- Kepercayaan bisnis yang lemah bukan hanya fenomena di Inggris.
International Monetary Fund mengatakan ketegangan perdagangan AS-China merugikan investasi secara global. Namun ketidakpastian dari Brexit mengancam masalah di Inggris berubah menjadi krisis.
Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris Dave Ramsden bulan lalu mengatakan bahwa investasi yang lemah telah menggerogoti potensi pertumbuhan Inggris hingga menyebabkan ekonomi menjadi terlalu rentan terhadap inflasi bagi memungkinkan bank sentral untuk memangkas suku bunga.
Menurut sebuah kelompok industri, sektor industri mobil Inggris, yang mengalami tekanan dari prospek tarif tinggi Uni Eropa serta pergolakan global di industri otomotif, memangkas investasi hingga lebih dari 70% pada paruh pertama 2019.
Sementara itu, pembuat pesawat Airbus, memperingatkan bahwa tahun ini mereka mungkin berhenti memproduksi sayap pesawat di Inggris jika negara itu meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Paul Mizen, seorang profesor ekonomi di University of Nottingham, mengatakan sebuah survei terhadap perusahaan yang didirikan pada 2016 oleh universitasnya bersama dengan Stanford University dan BOE tidak menunjukkan pertanda baik untuk produktivitas di masa depan.
Baca Juga
"Pertumbuhan investasi telah dipengaruhi oleh sebagian besar perusahaan paling produktif, yang menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas untuk Inggris secara keseluruhan akan lebih rendah," ujarnya, dikutip melalui Bloomberg, Kamis (7/11).
Mizen mengatakan survei terhadap Panel Pembuat Keputusan juga menunjukkan bahwa skenario Brexit yang terus berubah mengganggu perusahaan dari fokus mereka untuk meningkatkan produktivitas.
PM Inggris Boris Johnson mengatakan sejumlah hal dapat membaik dalam waktu singkat.
"Mendapatkan persetujuan Brexit dari Parlemen akan memicu gelombang investasi yang besar ke negara ini dan menjadi sumber kepercayaan bagi ekonomi Inggris", katanya kepada anggota parlemen pada bulan Oktober.
Tetapi, bahkan jika Johnson mendapatkan kesepakatan untuk skenario Brexitnya, nampaknya tidak ada cukup waktu untuk menyelesaikan Brexit tahap berikutnya sebelum tenggat waktu yang diberikan Uni Eropa.