Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Meksiko Panas, Presiden Obrador Dukung Pembebasan Anak Raja Kartel Narkoba

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyatakan penangkapan atas seorang pelaku kejahatan tidak dapat mengorbankan nyawa orang.
Annisa Margrit
Annisa Margrit - Bisnis.com 19 Oktober 2019  |  06:52 WIB
Meksiko Panas, Presiden Obrador Dukung Pembebasan Anak Raja Kartel Narkoba
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyampaikan keterangan dalam konferensi pers di Oaxaca, Meksiko, Jumat (18/10/2019). - Reuters/Jorge Luis Plata

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengklaim strategi keamanannya berjalan dengan baik menyusul dilepaskannya anak raja kartel narkoba Joaquin "El Chapo" Guzman setelah terjadi aksi saling tembak antara geng narkoba dengan polisi.
 
Dalam sebuah pernyataan, Obrador menyatakan penangkapan atas seorang pelaku kejahatan tidak dapat mengorbankan nyawa orang. Dia juga memberi apresiasi kepada aparat yang membebaskan Ovidio Guzman.
 
"Kita tidak ingin orang-orang tewas, kita tidak ingin perang," ujar Obrador seperti dilansir Reuters, Sabtu (19/10/2019).
 
Dia membantah pemerintahannya bersikap lemah dengan melepas Guzman. Menurut Obrador, strategi pemerintahan sebelumnya telah membuat Meksiko menjadi pemakaman umum dan para pengritiknya ingin dia melanjutkan strategi yang sama. 

Polisi berjaga di jalan-jalan setelah bentrok antara kartel narkoba dengan aparat keamanan di Culiacan, Meksiko, Jumat (18/10/2019)./Reuters

Dia menegaskan pemerintah mesti fokus pada penyebab utama terjadinya kekerasan terkait narkoba, yakni kemiskinan dan minimnya lapangan pekerjaan.
 
Namun, keputusan membebaskan Guzman mendapat reaksi keras dari publik, termasuk pengamat keamanan. Kritik yang disampaikan menyatakan bahwa kebijakan itu justru dapat dimanfaatkan oleh geng-geng narkoba lainnya dengan melakukan strategi yang sama.
 
Selain itu, mundurnya aparat dari kota besar malah memunculkan impresi bahwa kartel narkoba lah, bukan negara, yang memegang kuasa.
 
Menteri Pertahanan Meksiko Luis Cresencio Sandoval bahkan mengakui bahwa operasi bersenjata melawan kartel narkoba di Culiacan tidak dilakukan dengan matang.
 
"Operasi tersebut dilakukan dengan terburu-buru, konsekuensinya tidak dipertimbangkan, risikonya tidak diperhitungkan," tuturnya.
 
Aksi tembak menembak antara kartel narkoba dan polisi Meksiko berlangsung di sejumlah kota setidaknya sejak Senin (14/10). Saat itu, 13 polisi ditembak mati di Aguilla setelah dikepung oleh anggota sebuah geng narkoba. 
 
Sehari kemudian, tembak menembak antara tentara dan anggota kartel berujung tewasnya 14 warga sipil dan 1 tentara di Tepochica. 

Polisi menyiramkan air ke truk yang terbakar setelah bentrok antara kartel narkoba dengan aparat keamanan di Culiacan, Meksiko, Jumat (18/10/2019)./Reuters

Pada Kamis (17/10), aparat menangkap Guzman. Namun, penahanannya memicu perang baru di jalanan Culiacan, salah satu kota besar Meksiko. Anggota kartel mengepung aparat keamanan di bagian barat laut kota dan memaksa mereka melepaskan Guzman.

Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan warga kota berupaya mengamankan diri di tengah suara tembakan yang menyebar di seluruh kota. Orang-orang berlindung di pusat perbelanjaan dan asap hitam akibat kebakaran terlihat di langit kota.

Adapun El Chapo merupakan seorang pemimpin kartel narkoba ternama. Dia pernah melarikan diri dari penjara Meksiko pada 2001 dan 2015.

El Chapo diekstradisi ke AS setelah Donald Trump naik menjadi Presiden AS. Dia kemudian diputus bersalah di Pengadilan AS pada Februari 2019, karena menyelundupkan narkoba dan dihukum penjara seumur hidup.

Departemen Kehakiman AS juga menuduh Ovidio Guzman dan salah seorang saudaranya melakukan konspirasi untuk mendistribusikan narkoba dan ganja di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

narkoba meksiko

Sumber : Reuters

Editor : Annisa Margrit

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top