Bisnis.com, JAKARTA - Kementeriam Kesehatan Amerika Serikat (AS) melaporkan adanya kenaikan kasus gangguan pernafasan yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan rokok elektrik (vaping) dari 25 negara bagian.
Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC) AS, jumlah kasus naik menjadi 215 per 27 Agustus 2019 dari sebelumnya 193 kasus.
"Ketika beberapa kasus dari setiap negara bagian serupa dan terhubung dengan penggunaan rokok elektrik, informasi lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan penyebab utama gangguan pernafasan utama," berdasarkan keterangan resmi dari CDC dan Badan Obat dan Makanan, dikutip dari Reuters, Sabtu (31/8/2019).
Dalam keterangannya, organisasi-organisasi kesehatan di AS tersebut menyebutkan dalam beberapa kasus, pasien yang mengalami gangguan kesehatan itu mengetahui bahwa rokok elektrik mengandung tetrahydrocannabinol, komponen psikoaktif ganja.
Tak hanya itu, laporan tambahan mengenai penyakit paru-paru juga sedang diselidiki.
Pada minggu lalu, Illinois melaporkan kematian seorang pengguna rokok elektrik, setelah dirawat di rumah sakit akibat komplikasi penyakit paru-paru yang parah.