Bisnis.com, JAKARTA – Sekelompok relawan, polisi penjaga, dan pakar arkeologi bekerja sama dalam kegiatan renovasi Cerne Abaas Giant, sebuah sosok kuno yang dipahat di lereng bukit kapur di Inggris.
Cerne Abbas Giant telah menjulang tinggi di atas di lembah Dorset, Inggris selama berabad-abad. Tetapi, sebelas tahun setelah proses perahipan terakhirnya, situs tersebut mulai terlihat pudar. Oleh sebab itu, para relawan kembali merapihkan Cerne Abbas Giant untuk mengembalikan kejayaannya.
“Bukankah itu luar biasa? Dia [Cerne Abbas Giant] adalah simbol penting untuk wilayah kami. Kami tidak ingin kehilangan apapun darinya,” kata Diana Kimber, seorang warga desa Cerne seperti dikutip The Guardian, Jumat (30/8/2019).
Kimber menambahkan kendati sejarah sosok berukuran 55 meter itu belum diketahui secara spesifik, tetapi masyarakat menganggap dia telah ada selama ribuan tahun dan memperjuangkan sesuatu yang sangat penting.
“Kami menghormatinya dan mempertahankannya. Sungguh mengasyikkan berada di dekatnya di sekitar sini bersama dengan kupu-kupu udan bunga-bunga,” imbuhnya.
Seluruh proses yang dilakukan untuk merawat Cerne Abbas Giant dilakukan menggunakan tangan secara manual. Pada 2008 lalu, kegiatan ini melibatkan 60 orang dan dilakukan selama 9 hari dengan 20 ton kapur yang digunakan untuk memperjelas tampilan sosok tersebut.
Sejarah
Martin Papworth, seorang arkeolog dari National Trust telah mempelajari beberapa teori di balik sosok tersebut. Dia percaya bahwa sosok itu telah berusia ratusan tahun dan mewakili dewa-dewa kuno pada masanya.
Salah satu aliran pemikiran menjadikan sosok itu sebagai dewa Celtic yang mencengkeram penggalan kepala. Sementara yang lainnya melihat sosok tersebut sebagai simbol kesuburan.
Papworth mendapatkan salinan gambar pertama dari sosok tersebut tertanggal 1763. Salinan itu didapatkan dari seorang kontraktor pada 1950-an, “Tetapi sebenarnya tidak ada yang benar-benar tahu siapa dia,” katanya.
Namun bagaimana pun, sosok itu telah menjadi simbol hingga kepercayaan penduduk yang ada di sekitarnya. Tak sedikit masyarakat yang percaya bahwa akan timbul fenomena alam yang diakibatkan dari perlakuan masyarakat terhadap situs tersebut.