Bisnis.com, JAKARTA - Lukisan gua di Pulau Sulawesi, Indonesia, diklaim sebagai catatan bergambar paling awal yang ditemukan dengan gambaran sosok manusia dan binatang buruan.
Lukisan tersebut ditemukan di dinding Gua Leang Bulu’ Sipong 4 yang berada di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Dengan analisis uranium, pembuatan lukisan tersebut diperkirakan terjadi pada 44.000 tahun lalu.
Sampai saat ini, seni cadas tertua adalah patung gading yang ditemukan di sebuah gua di Jerman. Lukisan yang diperkirakan berasal dari 40.000 tahun lalu itu menggambarkan tubuh manusia melekat pada kepala yang menyerupai kucing.
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Indonesia, dan para ilmuwan dari departemen warisan budaya Makassar. Temuan tersebut terungkap setelah mereka intensif meneliti sejak 2018 hingga 2019.
Dilansir dari Reuters, Jumat (13/12/2019), lukisan tersebut menunjukkan delapan therianthropes atau manusia berkarakteristik hewan yang tengah memburu dan membunuh enam binatang. Binatang seperti babi kutil yang berasal dari pulau tersebut itu diburu menggunakan tombak dan tali.
Adam Brumm, penulis studi sekaligus arkeolog dari Universitas Griffith Australia, mengatakan bahwa lukisan gua Indonesia tersebut turut memberikan beberapa bukti awal tentang kerohanian manusia.
"Therianthropes muncul dalam cerita rakyat atau fiksi naratif dari hampir setiap masyarakat modern dan mereka dianggap sebagai dewa, roh, atau makhluk leluhur di banyak agama di seluruh dunia," ujarnya.
Para peneliti Griffith mengatakan bahwa seni gua di Sulawesi pertama kali ditemukan pada 1950-an, dengan sedikitnya 242 gua dan tempat perlindungan yang mengandung citra seperti itu. Semenjak saat itu, gua-gua tersebut mulai didokumentasikan.
Pakar seni cadas Indonesia, Adhi Agus Oktaviana, menyampaikan bahwa beberapa gua mengalami kerusakan yang mengancam keberadaan seni tersebut. Ancaman itu datang dari garam, debu, pengelupasan, mikroba, dan asap.
“Ini akan menjadi tragedi jika karya seni yang sangat tua ini hilang dalam kehidupan kita sendiri, tetapi itu terjadi,” tambah Oktaviana, yang merupakan Ph.D. pelajar di Griffith.