Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor Hong Kong berkontraksi untuk bulan kesembilan berturut-turut pada Juli 2019, akibat terdampak perang perdagangan Amerika Serikat (AS)-China dan aksi demonstrasi anti-pemerintah yang telah memukul kota tersebut dalam 12 pekan terakhir.
Menurut rilis data pemerintah setempat, seperti dilansir dari Bloomberg (Senin, 26/8/2019), ekspor pada Juli tercatat HK$338,6 miliar (US$43,2 miliar) atau turun 5,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meski demikian, penurunan itu lebih kecil daripada perkiraan ekonom untuk penurunan sebesar 8,2 persen. Pada Juni 2019, ekspor Hong Kong bahkan turun 9 persen, penurunan terbesarnya sejak Februari 2016.
Menurut juru bicara pemerintah, lesunya pertumbuhan ekonomi global dan ketegangan perdagangan AS-China merupakan kontributor utama atas pelemahan ekspor.
“Ke depannya, dalam menghadapi lingkungan eksternal yang sulit dan eskalasi lebih lanjut dari ketegangan perdagangan AS-China pada bulan September, kinerja ekspor jangka pendek Hong Kong akan tetap lambat atau bahkan mungkin melemah lebih lanjut,” terangnya dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, impor pada Juli turun 8,7 persen, lebih buruk dari yang diperkirakan, menjadi HK$370,8 miliar, didorong oleh penurunan dari beberapa negara pemasok termasuk Malaysia dan Singapura.
Baca Juga
Dengan ini, neraca perdagangan tercatat defisit sebesar HK$32,2 miliar pada Juli. Nilai impor dari China daratan sendiri menurun 4 persen.
“Pertumbuhan ekspor ternyata tidak selemah yang diperkirakan pada bulan Juli tetapi kami memperkirakan ini [ekspor] akan melemah lagi dalam beberapa bulan mendatang mengingat meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China baru-baru ini,” ujar Tommy Wu, seorang ekonom senior di Oxford Economics.
“Pertumbuhan impor akan benar-benar lesu karena aktivitas ekspor kembali yang melambat, ditambah prospek domestik yang suram karena penjualan ritel dan pariwisata akan terseret oleh gejolak politik yang sedang berlangsung,” tambahnya.
Ekonomi Hong Kong terpukul di berbagai bidang setelah kota ini menghadapi krisis politik terburuk dalam beberapa dekade. Produk domestik bruto berkontraksi lebih dari perkiraan semula pada kuartal kedua, dan tingkat pengangguran Hong Kong naik lebih tinggi untuk pertama kalinya sejak 2017.