Bisnis.com, JAKARTA – Para pustakawan madrasah mendapatkan pelatihan sebagai bagian dari upaya meningkatkan literasi anak yang di Indonesia masih terbilang rendah.
Pelatihan tersebut digelar oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama dan berlangsung pada 19 - 21 Agustus 2019 di Yogyakarta.
Rendahnya tingkat literasi anak di Indonesia sejalan dengan hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Develompent (OECD) pada 2015. Indonesia hanya menempati peringkat ke-62 dari 70 negara yang disurvei.
Kasubbag Tata Usaha Direktorat GTK Madrasah Kemenag, M. Sidik Sisdiyanto menggarisbawahi pentingnya peningkatan dan pengembangan literasi di madrasah.
Menurutnya, literasi merupakan salah satu indikator utama kesuksesan pendidikan dan menjadi modal utama untuk mencetak sumberdaya manusia yang unggul dan berkualitas.
“Literasi di madrasah adalah keharusan, mencakup kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, para siswa. Dengan peningkatan kompetensi pustakawan dan kualitas perpustakaan diharapkan madrasah akan memiliki budaya literasi yang kuat," kata Sidik di Yogyakarta pada Rabu (21/8/2019) sebagaimana dilansir laman resmi Kemenag.
Sebelumnya, salah satu narasumber, Imas Maesaroh, mengungkapkan siswa yang memiliki kemampuan membaca secara kritis dan selektif terhadap informasi yang didapatkan, berpeluang lebih besar meraih kesuksesan.
“Anak bisa membaca baik, tapi kita harus melatih anak membaca kritis dan menganalisis informasi, terlebih era sekarang era digital. Informasi bertebaran di mana-mana, sehingga siswa harus diajarkan memfilter informasi mana yang hoax mana yang fakta, termasuk berita atau opini," ungkapnya.
Menurutnya, ada banyak faktor penyebab rendahnya literasi anak di Indonesia. Selain kurangnya bahan bacaan, minimnya persiapan guru dalam membuat program peningkatan membaca juga sangat berpengaruh. Apalagi, jika guru kurang tertarik dengan program membaca.
Lemahnya pengelolaan perpustakaan atau bahkan tidak ada perpustakaan menjadi faktor lainnya. Termasuk juga rendahnya kemampuan berbahasa, tidak adanya kebiasaan membaca di keluarga dan perkembangan gadget yang mempengaruhi minat baca anak.
“Semua itu menjadi tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan literasi siswa,” kata Imas yang merupakan master perpustakaan lulusan University of New South Wales Australia dan S3 dari Curtin University Singapore.
Narasumber lain yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah Akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya Nur Kholis dan dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Qowim. Pelatihan ini diikuti 50 pustakawan madrasah perwakilan dari beberapa provinsi di pulau Jawa dan Sumatra.