Bisnis.com, BANDUNG--Sebuah perusahaan pelat merah China meminta karyawannya untuk tidak mengunakan penerbangan milik Hong Kong, Cathay Pacific Airways Ltd.
Keputusan ini diambil setelah karyawan maskapai tersebut diketahui ikut serta dalam demonstrasi anti-Beijing.
China Huarong International Holdings Ltd., unit usaha yang berbasis di Hong Kong, mengirim pesan kepada para pekerja pada hari Jumat lalu (09/08/2019) untuk memilih maskapai penerbangan selain Cathay atau Dragon Air dalam perjalanan bisnis atau pribadi.
Alhasil, saham Cathay turun ke level terendah dalam 10 tahun terakhir pada hari ini, Senin (12/08/2019).
Saham Cathay anjlok sebesar 4,9% menjadi HK$ 9,80, sementara induk usaha Cathay Swire Pacific Ltd. ikut turun hingga 6,2% akibat masalah tersebut.
Langkah perusahaan pelat merah asal China tersebut dimaksudkan sebagai pengingat tentang bagaimana boikot dari Tiongkok dapat memberikan tekanan ekonomi yang sangat besar pada perusahaan. Bahkan, langkah serupa juga diterapkan China di negara lain, seperti yang terjadi pada perusahaan Korea Selatan dan Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga
Sayangnya, baik Huarong International dan Cathay tidak memberikan respon apapun terkait dengan boikot tersebut.
Atas peringatan tersebut, Cathay akhirnya menyerah. Selama akhir pekan, perusahaan melarang pilot yang telah ditahan akibat ikut dalam protes untuk terbang dan memecat dua pekerja karena 'pelanggaran' aturan perusahaan.
Chief Executive Officer Cathay Pacific Rupert Hogg mengatakan perusahaan berencana untuk sepenuhnya mematuhi tuntutan otoritas penerbangan China, Civil Aviation Administration of China (CAAC).
"Perusahaan memperingatkan bahwa operator akan mendisiplinkan karyawan yang mendukung atau berpartisipasi dalam protes ilegal dengan memberikan pinalti, termasuk hukuman pemutusan hubungan kerja," ungkapnya dalam pesan yang ditunjukkan bagi karyawan perusahaan.
CAAC telah meminta Cathay untuk menyerahkan rencana peningkatan kontrol internal terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan pada 15 Agustus 2019 mendatang.
"Aksi Cathay telah mengancam keselamatan penerbangan, menciptakan dampak negatif sosial, dan meningkatkan risiko terbang dari Hong Kong ke China daratan," ungkap CAAC.
Analis Jefferies Hong Kong Ltd. Andrew Lee menuturkan CAAC ternyata tidak hanya mengancam rute penerbangan langsung Cathay ke China, tetapi juga mengancam seluruh rute milik perusahaan yang melintasi ruang udara China.
Federasi Kru Kabin Hong Kong menyatakan penyesalan mendalam atas tuntutan regulator China dan mengkritik CAAC karena membuat kebijakan yang membatasi hak-hak hukum dan kebebasan rakyat Hong Kong, serta merusak prinsip 'satu negara, dua sistem' yang mengatur kota ini.
Saham Cathay dikendalikan oleh keluarga Swire di Inggris, namun pemegang saham terbesar kedua dari maskapai ini adalah BUMN dari Negeri Tirai Bambu, Air China Ltd.