Bisnis.com, SEMARANG - "Demokrasi" di dunia maya bisa menghadirkan komentar-komentar "kejam" terhadap sebuah ide atau wacana yang tak disukai atau kontroversial sekali pun.
Salah-salah, pembuat wacana bisa menjadi korban kecaman atau jadi target perundungan alias "bully" berhari-hari. Siapa pun bisa menjadi target, termasuk menteri kabinet.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengaku "dibully" selama beberapa pekan terakhir ini menyusul rencana pemerintah yang akan mendatangkan rektor asing.
"Saya hanya berpikir bagaimana perguruan tinggi di Indonesia bisa masuk kelas dunia, itu saja," kata Nasir saat menghadiri pengambilan sumpah dokter baru Universitas Diponegoro Semarang, Kamis (1/7/2019).
Menurut Nasir, jika ingin perguruan tinggi maju maka kita harus berkolaborasi.
"Tanpa kerja sama dengan PT yang sudah kelas dunia, tidak mungkin," tambah Nasir.
Baca Juga
Ia menjelaskan wacana untuk menggunakan jasa rektor dari luar negeri sudah ada sejak 2016.
Nasir mengakui penolakan atas wacana pada saat itu sangat luar biasa. Oleh karena itu, ia mengharapkan adanya perubahan perguruan tinggi di Indonesia.
"PT di seluruh dunia ini berkolaborasi sudah biasa. Rektor asing sudah biasa," kata Nasir.
Nasir menyebut sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, serta Norwegia sudah melakukan hal tersebut.
"Beri kesempatan rektor asing, jangan ditutup," pungkasnya.