Bisnis.com, JAKARTA - Praktisi Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan pertemuan Prabowo dan Megawati pada Rabu (24/7/2019) sebagai sinyal penyambutan Prabowo masuk ke koalisi pemerintah.
Kendati demikian hingga selesainya pertemuan antar dua ketua umum partai itu, tidak ada keterangan resmi terkait bergabungnya kubu Prabowo ke pemerintah Jokowi nanti.
Dia mengatakan sinyal ini sudah mulai terlihat saat Presiden Jokowi dan Prabowo saling bertemu 13 Juli lalu di stasiun MRT Lebak Bulus. Pertemuan tersebut pertama kali dilakukan antar kedua Capres usai pemilihan presiden.
"Jadi Megawati - Jokowi menerima Prabowo datang. Ini persetujuan dari Megawati dan Jokowi bahwa orang Prabowo akan hadir di pemerintahan, jadi bukan Gerindra," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (25/7/2019).
Hendri menggarisbawahi maksud 'Orang Prabowo' adalah kubu pendukung capres 02. Artinya hal ini mencakup seluruh partai yang mendukung Prabowo saat Pilpres 17 April lalu. Kesempatan ini berlaku untuk setiap tokoh pengusung Prabowo.
"Kalau Gerindra yang ditawari maka orang Gerindra yang masuk. tapi kalau Prabowo, maka tokoh-tokoh pendukung Prabowo [yang berpotensi masuk pemerintahan]. Banyak tokoh-tokoh pendukung Prabowo. Bisa saja AHY, Rizal Ramli," terangnya.
Namun, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri itu tidak memberikan tanggapan resmi tentang masuknya kelompok Prabowo ke pemerintahan. Presiden Ke-5 itu malah menyebut kepada Prabowo untuk menyampaikan langsung pesan tertentu kepada Presiden.
Menurut Mega, seluruh keputusan terkait koalisi di pemerintah merupakan hak Presiden Jokowi. Sementara itu, pertemuan antarkedua pemimpin itu hanya membahas tentang masalah kebangsaan.
"Kalau Mas Bowo sebaiknya menurut saya pasti ngomong sendiri saja sama Pak Jokowi, pasti diterima beliau dengan baik," katanya.