Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Efek Tagar #BoycottJapan

Tersulut oleh kemarahan atas langkah Jepang yang membatasi ekspor material manufaktur penting, para pengguna media sosial di Korea Selatan menyampaikan kekecewaan mereka melalui Instagram dan platform lainnya.
Ilustrasi pengguna medsos Korea Selatan viralkan #BoycottJapan /Reuters
Ilustrasi pengguna medsos Korea Selatan viralkan #BoycottJapan /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Tersulut oleh kemarahan atas langkah Jepang yang membatasi ekspor material manufaktur penting, para pengguna media sosial di Korea Selatan menyampaikan kekecewaan mereka melalui Instagram dan platform lainnya.

Melalui tagar #BoycottJapan, mereka menyatakan akan memboikot perjalanan wisata dan produk konsumen asal Jepang.

Sampai dengan Senin (8/7/2019) pukul 15:00 waktu setempat, ada lebih dari 2.400 unggahan publik dengan tagar #BoycottJapan yang telah disebar di Instagram sejak Jepang menentukan sikap pada Kamis (4/7/2019).

Menakar Efek Tagar #BoycottJapan

Photo/Reuters

Beberapa gambar di antaranya menggunakan ikon 'rising sun' sebagai huruf 'O' dalam kata 'NO' untuk menunjukkan ketidaksenangan mereka.

"NO, Boycott Japan: Don't go, don't buy, [NO, Boikot Jepang: Jangan pergi, jangan beli," dikutip melalui salah satu unggahan gambar, seperti dilansir melalui Bloomberg, Senin (8/7/2019).

Sementara itu, dukungan untuk memboikot produk apapun sejauh ini tampaknya masih terbatas, dorongan itu menyoroti meningkatnya risiko perang ekonomi terbuka antara kedua sekutu AS.

Pekan lalu, pemerintah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan pembatasan penjualan ke Korea Selatan atas material yang diperlukan untuk memproduksi komponen-komponen penting dalam manufaktur berteknologi tinggi.

Korea Selatan adalah pasar ekspor terbesar ketiga Jepang senilai 5,79 triliun yen atau US$53,5 miliar dalam perdagangan tahun lalu.

Gejolak terbaru muncul di tengah agresi dengan Jepang yang terjadi berpuluh tahun berlanjut ketika pengadilan Korea Selatan menyita aset milik perusahaan Jepang yang mereka pertanggungjawabkan atas kasus kerja paksa selama periode penjajahan 1910-1945.

Meskipun Abe telah membantah bahwa kontrol ekspor adalah bentuk pembalasan, gesekan antara kedua negara yang saling bertetangga tersebut telah menghembuskan sentimen nasionalistis di kedua negara.

Dalam beberapa hari terakhir, pengguna internet Korea Selatan telah berbagi konfirmasi pembatalan penerbangan ke Tokyo, Osaka, dan tujuan wisata populer lainnya.

Menurut Badan Pariwisata Jepang, warga Korea Selatan merupakan 13% dari total wisatawan asing yang membelanjakan uangnya di Jepang, atau senilai 584,2 miliar yen pada 2018.

Dalam aksi ini, para pengguna media sosial Korea Selatan juga menyebarkan daftar produk "alternatif Korea" untuk menggantikan barang-barang Jepang.

Orang Korea didorong untuk berbelanja di SPAO, 8 Seconds atau Top 10, dan menghindari produk Uniqlo, merk dari Fast Retailing Co.

Mereka juga mendesak orang-orang untuk mempertimbangkan produk kecantikan Missha sebagai ganti produk Shiseido Co., serta mempromosikan bir dari Hite Jinro Co. daripada bir Asahi, merk dagang Jepang yang juga terkenal di Korea Selatan.

Direktur Pusat Studi Perdagangan & Kerjasama Asosiasi Perdagangan Internasional Korea Je Hyunjung, mengatakan bahwa meskipun untuk saat ini tidak ada larangan yang akan berdampak pada sebagian besar produk konsumen, ketidakpastian tersebut dapat mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan biaya melakukan bisnis.

"Ini adalah sesuatu yang harus diselesaikan secara politis agar tidak memiliki dampak merusak pada industri," kata Je.

Sementara itu, sebuah asosiasi payung dari toko-toko Korea Selatan mengumumkan telah mengumumkan partisipasinya dalam boikot tersebut.

Korean Supermarkets Alliance, sebuah organisasi yang mewakili lebih dari 23.000 toko, mengatakan akan menghentikan sementara penjualan produk-produk Jepang, termasuk bir produksi Asahi dan Kirin Holdings Co, serta rokok Mild Seven dari Japan Tobacco Inc.

"Kami akan melawan sikap Jepang terhadap sejarah perang dan tindakan pembalasannya," kata Presiden Asosiasi Lim Wonbae dalam sebuah pernyataan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper