Bisnis.com, JAKARTA – Turki menegaskan bahwa tidak mundur dari rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia, meskipun ada tentangan dari Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pihaknya memahami keputusan tersebut, kendati tidak mengesampingkan adanya sanksi sebagai tanggapan. Turki telah menolak peringatan itu dan mengatakan tidak akan mundur.
Sebelum bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela pertemuan puncak G20 di Jepang, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan kesepakatan untuk S-400 menunjukkan peningkatan hubungan antara Turki dan Rusia.
“Sekarang, saya percaya mata tertuju pada proses ini, tetapi tidak ada kemunduran dalam perjanjian kami,” kata Erdogan, seperti dilaporkan Reuters, Sabtu (29/6/2019).
Dia mengatakan rencan itu merupakan prioritas bagi Turki dan kesepakatan itu mencakup produksi bersama sistem dan transfer teknologi.
Erdogan juga mengatakan penting bagi Turki untuk menyelesaikan reaktor pertama di pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu, pembangkit nuklir pertamanya, pada tahun 2023. Dia mengatakan peralatan non-nuklir di pabrik tersebut harus dibeli dari Turki.
Pabrik sedang dibangun oleh Rosatom Rusia dengan biaya lebih dari US$20 miliar.
Pembelian peralatan militer dari Rusia membuat Turki rentan terhadap retribusi AS di bawah regulasi yang dikenal sebagai the Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
Dalam upaya untuk mempengaruhi Turki, Amerika Serikat telah menawarkan untuk memasok rudal Patriot Raytheon Co (RTN.N), tetapi Erdogan mengatakan tawaran AS itu tidak sebaik proposal S-400 Rusia.
Di bawah kemungkinan sanksi A.S, Turki dapat menghadapi pengusiran dari program F-35 di antara langkah-langkah lain yang dapat memberikan pukulan signifikan terhadap perekonomian Turki yang sedang lesu dan sektor industri pertahanannya.