Bisnis.com, JAKARTA - United Technologies Corp kemarin sepakat untuk menggabungkan bisnis kedirgantaraannya dengan kontraktor A Raytheon Co sehingga menciptakan perusahaan baru bernilai sekitar US$121 miliar.
Merger itu akan yang akan menjadi penggabungan perusahaan terbesar di sektor tersebut.
Kesepakatan itu akan membentuk kembali peta persaingan baru dengan terbentuknya konglomerasi yang mencakup sektor penerbangan komersial dan pengadaan alat pertahanan.
United Technologies menyuplai pabrik pesawat komersial dengan peralatan elektronik, komunikasi dan lainnya. Sedangkan Raytheon memasok pemerintah AS dengan pesawat militer dan peralatan rudal.
Meski pelanggan United Technologies dan Raytheon memiliki pelanggan yang sama, namun tumpang tindih bisnis mereka terbatas. Agumen itu bisa digunakan oleh perusahaan tersebut ketika Komite Persaingan Usaha AS mulai meneliti merger tersebut.
Akan tetapi, dua pabrik pesawat komersial utama, Boeing Co dan Airbus SE serta Pentagon, diketahui telah menggunakan daya beli mereka yang signifikan untuk mencari konsesi dari pemasok mereka. Artinya, persaingan di antara mereka akan tetap terjadi.
Ketika United Technologies menolak tawaran akuisisi dari Honeywell International Inc pada tahun 2016, CEO United Technologies, Greg Hayes membenarkan keputusan tersebut dengan memprediksi bahwa Boeing dan Airbus tidak akan pernah menerima pemasok yang akan "membangun pesawat dari hulu ke hilir."
United Technologies menyatakan sedang berada di jalur untuk memisahkan AC Carrier dan bisnis lift Otis seperti dikutip Reuters, Senin (10/6/2019). Kondisi itu membuat perusahaan fokus pada bisnis kedirgantaraannya melalui akuisisi Rockwell Collins senilai US$23 miliar yang tuntas pada 2018, dan bisnis mesin Pratt & Whitney.
Berdasarkan kesepakatan yang diumumkan kemarin, pemegang saham Raytheon akan menerima 2.3348 saham di perusahaan gabungan untuk setiap saham Raytheon. Merger tersebut diharapkan menghasilkan sinergi biaya lebih dari US$1 miliar pada akhir tahun keempat, menurut perusahaan itu.
Sedangan pemegang saham united Technologies akan memiliki sekitar 57 persen saham dari bisnis gabungan, menurut pihak Raytheon Technologies Corporation yang akan dipimpin oleh Hayes.
Pemegang saham Raytheon disebutkan akan memiliki sisa saham dan CEO Raytheon Tom Kennedy akan ditunjuk sebagai CEO.
Berdasarkan kesepakatan tidak ada pemegang saham dari salah satu perusahaan yang akan menerima premi. United Technologies dan Raytheon memiliki kapitalisasi pasar masing-masing US$114 miliar dan US$52 miliar. Kesepakatan itu diharapkan akan ditandatangani pada paruh pertama tahun 2020.