Bisnis.com, MANADO—Pemerintah Prancis siap mengurangi porsi kepemilikan saham mereka di Renault SA, untuk mengakomodasi kerja sama perusahaan otomotif tersebut dengan Nissan Motor Co.
Dikutip dari Reuters, hal itu terungkap dari laporan Agence France Press (AFP) pada Sabtu (8/6/2019) setelah mewawancarai langsung Perdana Menteri Prancis Bruno Le Marie.
Le Marie mengatakan, Prancis yang saat ini memiliki 15% saham Renault bersedia mengurangi porsi kepemilikannya. Asalkan, hal itu dapat mengakomodasi kerja sama yang lebih erat antara Renault dan perusahaan Jepang itu.
“Kami bisa mengurangi porsi saham di Renault, hal ini tidak akan menjadi masalah asalkan pada akhirnya, kami memiliki sektor otomotif yang lebih kuat dan aliansi yang lebih erat di antara Nissan dan Renault,” katanya, dikutip dari Reuters, Sabtu (8/6/2019).
Sebelumya, dia juga mengatakan bahwa pemerintah Prancis bersikap terbuka terhadap setiap peluang kerja dengan Renault sepanjang masih sejalan dengan kepentingan industri Perancis. Dia mengatakan, akan meninjau kembali kesepakatan dengan Fiat Chrysler dari Italia untuk menghormati mitra Jepangnya.
Pada Kamis (6/7/2019), Fiat gagal merealisasikan rencana penggabungan usaha dengan Renault. Fiat menyalahkan intervensi politik dari Pemerintah Prancis sebagai biang dari batalnya kerja sama senilai US$35 miliar itu.
Padahal, apabila terealisasi penggabungan usaha Fiat dan Renault akan menjadikan keduanya sebagai pabrikan mobil ketiga terbesar di dunia. Mereka hanya akan kalah dari Toyota Motor Corp milik Jepang dan Volkswagen milik Jerman.
Pemerintah Prancis mengklaim mereka sangat terbuka dengan rencana penggabungan usaha itu. Namun, mereka mengajukan permintaan dan jaminan yang berlebihan hingga membuat Fiat kehabisan kesabarannya.