Bisnis.com, JAKARTA – Perayaan Paskah tahun 2019 diwarnai teror ledakan bom di gereja di Kolombo, Si Lanka, Minggu (21/4/2019). Ibadah Paskah pun terganggu karena aksi teror itu.
Hingga kini, Senin (22/4/2019), belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab a atas insiden itu, namun Polisi Sri Lanka telah menangkap 7 terduga pelaku pengeboman, dan 3 orang polisi tewas saat menggerebek rumah pelaku pengebomoman.
Ledakan pertama dilaporkan terjadi di Gereja St Anthony di Kolombo dan St Sebastian di kota Negombo di luar Kolombo.Setidaknya 160 orang yang terluka dalam ledakan St Anthony telah dirawat di Rumah Sakit Nasional Kolombo.
Tak lama setelah ledakan itu dilaporkan, tiga hotel di Kolombo juga diserang, dan sebuah gereja di Kota Batticalao.
Pada Miggu (21/4/2019) sore, polisi mengonfirmasi ada dua ledakan lagi di Koombo. Ledakan pertama dilaporkan di sebuah hotel di pinggiran Dehiwala, Kolombo selatan dan menewaskan sedikitnya dua orang. Sedangkan ledakan kedua adalah di pinggiran Kota Orugodawatta di utara Ibu Kota.
Pemerintah Sri Lanka memberlakukan jam malam nasional di tengah penyelidikan dan penjagaan otoritas keamanan setelah serangkaian ledakan bom mengguncang negeri tersebut.
Selain memberlakukan jam malam, pihak otoritas juga membatasi akses ke platform-platform media sosial termasuk Facebook dan Whatsapp.
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat serangkaian ledakan terhadap sejumlah hotel dan gereja di Sri Lanka pada Minggu (21/4/2019) meningkat menjadi setidaknya 207 orang, termasuk 30 orang asing.
Di antara tempat yang menjadi target ledakan pada Minggu (21/4) pagi waktu setempat itu adalah hotel-hotel mewah seperti Shangri-La, Kingsbury, dan Cinnamon Grand, yang dihuni banyak turis asing.
“Sri Lanka sebelumnya telah menerima peringatan tentang kemungkinan serangan terhadap gereja, tetapi tidak pada hotel-hotel,” ujar Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando. Ia mencatat beberapa ledakan yang terjadi adalah bom bunuh diri.