Bisnis.com, JAKARTA - Dalam debat pamungkas yang mempertemukan kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Sabtu (13/4/2019), terjadi pembahasan terkait ekspor dan impor barang jadi yang mengurangi daya saing nasional.
Dalam debat pada segmen kedua, dengan tema ekonomi, Paslon 02 mengutarakan bahwa pemerintah melonggarkan keran impor..
“Pak Jokowi izinkan berbagai macam impor, komoditas impor pesat,” ucap Prabowo Subianto.
Di sisi lain, Joko Widodo mengakui secara nasional masih minim industri hilir. “Kita butuhkan banyak hilirisasi,” katanya.
Berdasarkan cek fakta yang dilakukan terkait klaim tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sejak 2016, ekspor tumbuh 16,9 persen pada 2017. Sedangkan pada periode 2017-2018, total ekspor itu tumbuh 6,6 persen.
Ekspor non migas mendominasi. Dari US$144,33 miliar nilai ekspor pada 2016, sebesar Rp131,34 miliar merupakan ekspor non migas. Sedangkan pada tahun lalu, dari total ekspor yang mencapai US$180,05 miliar, sebesar US$162,65 miliar.
Ekspor non migas ini terdiri dari produk olahan dan manufaktur, seperti industri tekstil, olahan minyak nabati, hingga kendaraan bermotor.
Di sisi lain, terkait impor, terjadi peningkatan signifikan. Pada 2016, total impor mencapai US$135,65 miliar, setahun kemudian tumbuh 15,7% menjadi US$156,98 miliar, sedangkan pada tahun lalu nilai itu tumbuh 20,1% menjadi US$188,62 miliar.
Importasi komoditas non migas juga mendominasi. Nilai impor non migas itu mencapai US$158,81 miliar pada tahun lalu, tumbuh 19,71%.