Bisnis.com, JAKARTA – Pemandangan mengerikan terlihat di ruang tunggu sebuah klinik bagi para veteran Amerika Serikat (AS) di Austin, Texas, awal pekan ini. Seorang veteran dilaporkan menembak dirinya sendiri hingga mati di depan ratusan saksi.
Meski peristiwa ini memunculkan kegaduhan, banyak orang di gedung klinik itu tidak menyadari apa yang telah terjadi beberapa saat setelah penembakan, menurut KWTX News 10.
Satu kelompok dalam kelas terapi bahkan tetap melanjutkan aktivitas mereka selama hampir 1 jam setelah tembakan dilepaskan.
“Tiba-tiba, melalui interkom, setiap orang dinyatakan harus keluar dari gedung itu termasuk para staf, pengumuman itu sedikit mengejutkan,” tutur seorang veteran bernama Ken Walker kepada News 10.
Kebingungan di antara para veteran semakin terasa ketika mereka disuruh meninggalkan gedung itu. Klinik tersebut kemudian ditutup untuk proses penyelidikan oleh para detektif.
Salah satu pengguna forum Reddit membagi foto yang dilaporkan diambil di ruang tunggu klinik itu pascakejadian itu. Ia menuliskan bahwa foto tersebut mengungkapkan fakta bunuh diri di antara para veteran militer yang tidak akan banyak diberitakan seakan-akan tidak pernah terjadi.
Meski tingkat bunuh diri di antara para veteran telah meningkat di banyak klinik, keberadaan detektor logam untuk mencegah kepemilikan senjata masih terhitung minim. Alih-alih, kebanyakan klinik lebih mengandalkan upaya tradisional seperti pemeriksaan tas secara random.
Antara Oktober 2017 dan November 2018 saja, sebanyak 19 veteran tewas karena bunuh diri di sejumlah fasilitas medis veteran. Tindakan mereka diyakini sebagai wujud protes atas perawatan yang tidak memadai di AS.
Kurang dari sepekan yang lalu, dua veteran militer dari Georgia bunuh diri dalam insiden lain yang terjadi di luar klinik veteran.
“Bagi para veteran militer, akses terhadap senjata dan pemahaman atas senjata justru mempermudahnya,” ujar Jack Swope, seorang penasihat profesional kepada NBC Austin.
“Sementara itu, ketersediaan pilihan medis yang layak tetap menjadi kendala yang dihadapi para veteran. Ada masalah penjadwalan. Sebagian darinya adalah masalah aksesibilitas dan bagian lainnya adalah masalah keuangan dan biaya,” tambah Swope, dikutip Military Times.
Kendati demikian, klinik veteran tersebut baru-baru ini justru sesumbar atas hasil positif dari upaya pencegahan bunuh diri yang telah dilakukan, terlepas dari fakta meningkatnya tingkat bunuh diri veteran.
"Pencegahan bunuh diri adalah prioritas tertinggi klinik veteran,” terang pihak klinik dalam sebuah pernyataan pascainsiden di Georgia.
Terlepas dari klaimnya, klinik tersebut mendapatkan kecaman setelah laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS pada Desember mengungkapkan kecilnya anggaran pencegahan bunuh diri yang benar-benar telah digunakan.