Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Hal Harus Dilakukan Peserta Pemilu 2019 Sebelum Kampanye Berakhir

Sejumlah hasil survei menunjukkan ada beberapa partai politik yang terancam tak memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada pemilu 2019.
Warga melintas di depan baliho berisi sosialisasi tentang warna surat suara yang terpasang di kawasan Cipondoh, Tangerang, Banten, Senin (18/2/2019)./ANTARA-Muhammad Iqbal
Warga melintas di depan baliho berisi sosialisasi tentang warna surat suara yang terpasang di kawasan Cipondoh, Tangerang, Banten, Senin (18/2/2019)./ANTARA-Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah hasil survei menunjukkan ada beberapa partai politik yang terancam tak memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada pemilu 2019.

Parpol peserta pemilu 2019 harus memenuhi parliamentary threshold sebesar 4 persen, jika ingin mengirim perwakilan ke lembaga legislatif pusat atau daerah.

Keberadaan parpol-parpol yang terancam tak mendapat kursi DPR RI Periode 2019-2024 terlihat dari hasil survei lembaga riset Roy Morgan pada Februari-Maret lalu. Pada hasil surveinya, lembaga riset asal Australia itu memprediksi hanya ada 6 parpol yang akan lolos ke DPR RI yakni PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, Demokrat, PKS, dan PKB.

Survei tersebut memprediksi parpol yang tak memenuhi ambang batas pada pemilu sekarang adalah PAN (3,5 persen), PPP (3 persen), Perindo (2 persen),  Nasdem dan Garuda (1 persen), Hanura (1 persen), serta PBB, PSI, dan PKPI di kisaran yang sama.

Hasil survei itu tak jauh berbeda dengan yang dilakukan lembaga Center for Strategic and International Studies ( CSIS) pada 15-22 Maret 2019. Survei CSIS menyebut ada 7 parpol yang akan lolos ke parlemen hasil pemilu 2019 yakni PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, NasDem, dan PKS.

Ada 10 parpol diprediksi tak memenuhi ambang batas yakni PPP (3 persen), PAN (2,5 persen), Perindo (1,1 persen), dan Hanura, PSI, Berkarya, PBB, Garuda, serta PKPI yang elektabilitasnya di bawah 1 persen.

Pada survei LSI Denny JA pada 18-26 Maret hasil yang muncul juga tidak jauh berbeda. LSI Denny JA memprediksi hanya ada 5 parpol yang akan menghuni parlemen hasil pemilu 2019 yaitu PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat dan PKB.

Lembaga itu memprediksi 11 parpol peserta pemilu 2019 akan gigit jari atau terancam tak lolos parlemen. Sebab, elektabilitas parpol-parpol itu berada di bawah ambang batas dan berkisar antara 0,1 persen hingga 3,9 persen.

Kemudian, hasil survei Litbang Kompas pada 22 Februari-5 Maret 2019 menunjukkan ada 6 parpol yang kemungkinan lolos dan memenuhi ambang batas di pemilu kali ini. Sisanya, 10 partai terancam gagal mendapat kursi di lembaga legislatif karena elektabilitasnya ada di kisaran 0,2 persen sampai 2,9 persen.

3 Hal Harus Dilakukan Peserta Pemilu 2019 Sebelum Kampanye Berakhir

Cara Menggenjot Elektabilitas

Jika melihat hasil survei-survei yang sudah dilakukan, kemungkinan hasil pemilu 2019 akan diisi 5 hingga 7 parpol. Angka itu lebih sedikit dibanding jumlah parpol yang berada di parlemen saat ini sebanyak 10 partai.

Hasil survei sejumlah lembaga di atas patut diperhatikan para elite parpol, terutama bagi mereka yang partainya terancam tak lolos ke parlemen hasil pemilu 2019.

Dengan masa kampanye yang kurang dari seminggu lagi, ada 3 hal yang harus dilakukan para kader, caleg, serta elite parpol untuk mengamankan elektabilitas mereka.

Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI) Firman Noor mengatakan, 3 hal yang harus dijaga dan dilakukan adalah memaksimalkan mesin politik partai, menghindari program yang kontroversial, dan menjaga figur agar tidak kehilangan simpati masyarakat.

Menurut Firman, pada masa sepekan terakhir kampanye pemilih kecil kemungkinannya akan mengubah preferensi di pemilu. Akan tetapi, kemungkinan itu masih ada dan bisa dimanfaatkan parpol atau peserta pemilu yang militan.

“Kalau bisa dapatkan 1 persen suara saja kan lumayan untuk kursi ya. Karena itu mesin politik tentu saja harus terus gencar berperan. Kemudian hindari program-program yang irrelevan dan menimbulkan kontroversial, agenda-agenda yang terlalu tinggi dan mengundang ketidaksimpatian,” ujar Firman kepada Bisnis, Senin (8/4/2019).

Firman juga mengingatkan para figur untuk menjaga diri dan citra mereka di masa-masa akhir kampanye. Hancurnya citra para figur dapat menurunkan elektabilitas parpol terkait pada 17 April mendatang.

Dia juga menyarankan para caleg, relawan, dan peserta pemilu legislatif atau presiden lebih aktif mendatangi masyarakat di masa-masa akhir kampanye. Pertemuan intensif dengan pemilih bisa memantapkan atau membuat masyarakat yang belum menentukan pilihan menjadi beralih dukungan.

Meski mengamini kemungkinan berubahnya elektabilitas, namun Firman menganggap perjuangan parpol-parpol yang berdasarkan survei suaranya tidak tinggi akan lebih berat di masa-masa akhir kampanye.

“Karena kalau dilihat beberapa survei memang partai-partai baru tidak menggembirakan, rata-rata [elektabilitas] bawah 1,5 persen dari 4 persen ambang batas yang harus mereka penuhi. Itu gimana ngejarnya, sementara mereka bersaing dengan partai lawas yang sudah terekam di benak masyarakat dan mesinnya lebih kuat,” tuturnya.

Pendapat serupa dikemukakan peneliti politik CSIS Arya Fernandez. Menurutnya, potensi beralihnya dukungan pemilih dari satu calon ke calon lain di masa-masa akhir kampanye ini sangat kecil.

3 Hal Harus Dilakukan Peserta Pemilu 2019 Sebelum Kampanye Berakhir

Arya mengatakan, butuh waktu lama untuk mengajak pemilih berpindah pilihan dalam pemilu. Karena itu, baginya di masa-masa akhir kampanye ini caleg atau capres lebih baik mengidentifikasi kantong-kantong pemilih mereka dibanding berupaya mengalihkan dukungan kubu lawan.

“Di sisa waktu ini yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi pemilih siapa yang sudah mantap memilih caleg tersebut dan sebagainya, dan mendorong mereka untuk datang ke TPS. Ini adalah waktunya mengajak ke TPS, karena waktu untuk sosialisasi sudah lewat,” tutur Arya.

Para kandidat di pemilu 2019 juga diimbau menghindari blunder selama masa terakhir kampanye. Menurut Arya, jika ada blunder yang dilakukan maka kemungkinan beralihnya dukungan dari kandidat terkait ke orang lain membesar.

Menurut Arya, biasanya 60 persen pemilih sudah menentukan pilihannya di pemilu jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara dimulai. Sisanya, 40 persen pemilih menentukan preferensinya pada masa kampanye, pasca debat kandidat, atau beberapa hari dan jam sebelum pemungutan suara dilakukan.

“Sebanyak 60 persen pemilih, mungkin sampai 65 persen, memilih sejak jauh hari,” ujarnya.

Cara Caleg Menggenjot Suara

Beberapa partai memiliki cara sendiri untuk menggenjot elektabilitas jelang berakhirnya masa kampanye. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, telah menginstruksikan caleg-calegnya untuk lebih aktif berkampanye hingga 13 April 2019.

Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Drajad Wibowo mengatakan, instruksi keluar karena saat ini masa kampanye tinggal tersisa kurang dari sepekan. Akan tetapi, Drajad menyebut partainya tidak terlalu percaya dengan hasil sejumlah survei yang memposisikan PAN terancam tidak lolos ke DPR RI Periode 2019-2024.

“Faktanya, dalam beberapa pemilu, lembaga-lembaga survei itu salah tentang elektabilitas PAN. Itu membuat saya sangsi terhadap kemampuan survei dan statistik mereka. Kesangsian ini sudah saya rasakan sejak 2009,” ujar Drajad kepada Bisnis.

3 Hal Harus Dilakukan Peserta Pemilu 2019 Sebelum Kampanye Berakhir

Drajad menjelaskan, pada survei menjelang pileg 2014 PAN disebut hanya mendapat 2-3 persen suara. Partai yang didirikan Amien Rais itu diprediksi gagal memenuhi ambang batas.

Nyatanya, pada pileg 2014 PAN mendapat 7,59 persen suara. Jumlah itu berbeda dengan hasil survei sejumlah lembaga sebelum pileg berlangsung.

“Ringkasnya, saya hormati survei mereka, tapi mereka telah terbukti salah beberapa kali,” ujarnya.

Tanggapan berbeda disampaikan caleg asal Partai Perindo Ramdan Alamsyah. Sekretaris DPW Perindo DKI Jakarta itu menyebut seluruh caleg partainya sudah diinstruksikan untuk menghabiskan hari-harinya di daerah pemilihan (dapil) hingga masa kampanye berakhir.

Ramdan yakin elektabilitas Perindo bisa terangkat mengingat program-program partainya sudah disosialisasikan lama. Program-program yang dimaksud seperti kegiatan fogging, pengadaan pasar murah, serta pelatihan UMKM.

“Kami kerja nyata dan langkah nyata. Gerobak Perindo juga sudah berjalan lama, sebelum kampanye mulai,” tutur Ramdan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lalu Rahadian
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper