Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

#GagalGolput Tembus Trending Twitter, Ini yang Dibahas Warganet

Tagar #GagalGolput heboh di Twitter, berawal dari thread @Lini_ZQ , warganet pun sibuk membahas golongan putih itu. Kisah selengkapnya bisa cek di sini.
Warga mengikuti acara sosialisasi tata cara pencoblosan Pemilu serentak 2019 oleh relawan demokrasi, di teras Surau An-Nur, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Minggu (31/3/2019)./ANTARA-Jessica Helena Wuysang
Warga mengikuti acara sosialisasi tata cara pencoblosan Pemilu serentak 2019 oleh relawan demokrasi, di teras Surau An-Nur, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Minggu (31/3/2019)./ANTARA-Jessica Helena Wuysang

 Bisnis.com, JAKARTA – Golongan putih alias golput kerap menjadi momok jelang pemilu, tidak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Nah, dua pekan jelang pemilu 2019 muncul #GagalGolput dalam trending topik Twitter pada Selasa (2/4/2019), apa yang dibahas dalam topik tersebut

Tagar itu dipenuhi dengan kicauan dari gerakan yang mengaku sebagai golput pada pemilu 17 April 2019. Salah satunya tergambar dalam cuitan @Lini_ZQ yang menyatakan, "#SayaGolput, kamu?" beserta foto yang tengah memamerkan kertas berisi simbol golput '3 jari' dan tulisan 'Saya Golput'.

Cuitan yang dibagikan pada 28 Maret 2019 ini lantas menjadi viral hingga telah mendapat retweet 1.378 kali, like 2.081 kali, serta dapat balasan sekitar 2,7 ribu kali.

Usai mendapat berbagai rundungan dari warganet, akun @Lini_Q yang bernama lengkap Lini Zurlia menjelaskan alasannya mengkampanyekan golput. 

"Hampir semua pertanyaan di interaksi thread ini adalah, mengapa saya tidak memilih yang sedikit lebih baik dari keduanya? 'Mana mungkin ada yang sempurna?' Hingga ada ejekan tentang apatis, caper, bodoh, dan hal parah lainnya," tulis Lini di akun Twitternya.

Lalu @Lini_Q mempertanyakan mengapa tidak ada warganet yang lantas bertanya mengenai hal yang paling fundamental. "Kenapa kita bisa cuma dihadapkan pada 2 calon yang. . . ," tulisnya. 

Menurut cuitan yang bertanggal 30 Maret tersebut, pilihan calon yang terbatas bukanlah terjadi secara alamiah, melainkan didesain dan dibentuk sedemikian rupa. 

Usai memaparkan 5 poin untuk mendukung argumen bahwa pilihan calon presiden yang terbatas bukanlah terjadi secara alamiah, sejumlah warganet segera menyambar hingga merespon dengan mempopulerkan tagar #GagalGolput.

 Misalnya, @daniellim_bong menyahut, "Kek kamu yang udah punya partai saja dan disakiti. Lebay lu."

 Akun @Riothebe menceramahi lewat cuitannya, "Golput yang rugi kita sendiri, karena yang terpilih bukan yang terbaik. Seperti di Amerika, yang terpilih Donald Trump karena waktu itu banyak yang golput."

@Riothebe kemudian mempertanyakan sikap golput yang menyatakan bahwa tidak ada pilihan karena semuanya sama saja. "Tidak ada pilihan? Pilih yang kesalahannya paling sedikit. Jangan mencari yang sempurna, karena tak ada manusia sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah."

Hal senada juga diungkapkan @JSafdina. "Setiap suara berarti. Daripada apatis, mending kita memilih yang paling bisa diberikan harapan."

Soal gerakan golput yang banyak mendapat sorotan, Alghif Fari Aqsa selaku Direktur LBH Jakarta periode 2015-2017 pun ikut angkat suara.

 Dia membuat anekdot dalam cuitan bertanggal 30 maret, "Pemilih Cerdas dan Golput Bodoh."

Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto menyatakan orang yang mengajak menjadi golput dalam Pemilu 2019 dapat dijerat pidana.

Pindana yang bisa dijerat antara lain lewat Undang-Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pindana Terorisme, Informasi dan Transaksu Elektronik (ITE), serta KUHP.

Di sisi lain, Bawaslu menjelaskan ajakan Golput lewat media sosial tidak bisa di pidana.

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Afifudin mengatakan, menggunakan hak pilih dalam pemilu di Indonesia adalah hak dan pilihan masyarakat. Jadi, ajakan golput di media sosial tidak bisa dijerat dengan undang-undang.

"Yang namanya hak kan boleh dia lakukan, namun bagaimana kita beradu cepat, beradu argumen untuk yakinkan lebih baik gunakan hak pilih ketimbang tidak. [Memilih] bukan kewajiban, namun kami endorse semua pihak memaksimalkan haknya untuk gunakan hak pilih," ujarnya

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ahmad Rifai
Editor : Surya Rianto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper