Bisnis.com, JAKARTA – Golongan putih alias golput kerap menjadi momok jelang pemilu, tidak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Nah, dua pekan jelang pemilu 2019 muncul #GagalGolput dalam trending topik Twitter pada Selasa (2/4/2019), apa yang dibahas dalam topik tersebut
Tagar itu dipenuhi dengan kicauan dari gerakan yang mengaku sebagai golput pada pemilu 17 April 2019. Salah satunya tergambar dalam cuitan @Lini_ZQ yang menyatakan, "#SayaGolput, kamu?" beserta foto yang tengah memamerkan kertas berisi simbol golput '3 jari' dan tulisan 'Saya Golput'.
Cuitan yang dibagikan pada 28 Maret 2019 ini lantas menjadi viral hingga telah mendapat retweet 1.378 kali, like 2.081 kali, serta dapat balasan sekitar 2,7 ribu kali.
Usai mendapat berbagai rundungan dari warganet, akun @Lini_Q yang bernama lengkap Lini Zurlia menjelaskan alasannya mengkampanyekan golput.
"Hampir semua pertanyaan di interaksi thread ini adalah, mengapa saya tidak memilih yang sedikit lebih baik dari keduanya? 'Mana mungkin ada yang sempurna?' Hingga ada ejekan tentang apatis, caper, bodoh, dan hal parah lainnya," tulis Lini di akun Twitternya.
Lalu @Lini_Q mempertanyakan mengapa tidak ada warganet yang lantas bertanya mengenai hal yang paling fundamental. "Kenapa kita bisa cuma dihadapkan pada 2 calon yang. . . ," tulisnya.
Baca Juga
Menurut cuitan yang bertanggal 30 Maret tersebut, pilihan calon yang terbatas bukanlah terjadi secara alamiah, melainkan didesain dan dibentuk sedemikian rupa.
Cuma mo ngingetin klo pilihan calon presiden yg terbatas bukanlah tjdi secara alamiah, melainkan didesain dan dibentuk sedemikian rupa. Hal ini dapat dilihat dari kondisi-kondisi dalam sistem politik kita
— Lini Zurlia (@Lini_ZQ) March 30, 2019
Biar kmu ga ngedumeli aku lagi sambil bilang ‘ga ada yg sempurna mbak’
Usai memaparkan 5 poin untuk mendukung argumen bahwa pilihan calon presiden yang terbatas bukanlah terjadi secara alamiah, sejumlah warganet segera menyambar hingga merespon dengan mempopulerkan tagar #GagalGolput.
Misalnya, @daniellim_bong menyahut, "Kek kamu yang udah punya partai saja dan disakiti. Lebay lu."
Akun @Riothebe menceramahi lewat cuitannya, "Golput yang rugi kita sendiri, karena yang terpilih bukan yang terbaik. Seperti di Amerika, yang terpilih Donald Trump karena waktu itu banyak yang golput."
Golput yg rugi kita sendiri,karena yg terpilih bukan yg terbaik.Seperti di Amerika,yg terpilih Donald Trump.Karena waktu itu banyak yg golput. #GagalGolput
— Riothebe (@Riothebe) April 2, 2019
@Riothebe kemudian mempertanyakan sikap golput yang menyatakan bahwa tidak ada pilihan karena semuanya sama saja. "Tidak ada pilihan? Pilih yang kesalahannya paling sedikit. Jangan mencari yang sempurna, karena tak ada manusia sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah."
Tak ada pilihan?Pilih yg kesalahannya paling sedikit.Jangan mencari yg sempurna,karena tak ada manusia sempurna.
— Riothebe (@Riothebe) April 2, 2019
Kesempurnaan hanya milik Allah.#GagalGolput
Hal senada juga diungkapkan @JSafdina. "Setiap suara berarti. Daripada apatis, mending kita memilih yang paling bisa diberikan harapan."
Soal gerakan golput yang banyak mendapat sorotan, Alghif Fari Aqsa selaku Direktur LBH Jakarta periode 2015-2017 pun ikut angkat suara.
Dia membuat anekdot dalam cuitan bertanggal 30 maret, "Pemilih Cerdas dan Golput Bodoh."
Pemilih Cerdas dan Golput bodoh
— Golput (@AlghifAqsa) March 30, 2019
X: Golput itu banyak yg ikut-ikutan. Bodoh. Sok keren.
Y: Mungkin ada yg ikut-ikutan. Pendukung 01&02 jg pasti ada yg ikut-ikutan. Memang pada baca visi misi calon?
X: Saya gak baca. Saya gak perlu baca lg krn para calonnya sudah jelas.
Y:
Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto menyatakan orang yang mengajak menjadi golput dalam Pemilu 2019 dapat dijerat pidana.
Pindana yang bisa dijerat antara lain lewat Undang-Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pindana Terorisme, Informasi dan Transaksu Elektronik (ITE), serta KUHP.
Di sisi lain, Bawaslu menjelaskan ajakan Golput lewat media sosial tidak bisa di pidana.
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Afifudin mengatakan, menggunakan hak pilih dalam pemilu di Indonesia adalah hak dan pilihan masyarakat. Jadi, ajakan golput di media sosial tidak bisa dijerat dengan undang-undang.
"Yang namanya hak kan boleh dia lakukan, namun bagaimana kita beradu cepat, beradu argumen untuk yakinkan lebih baik gunakan hak pilih ketimbang tidak. [Memilih] bukan kewajiban, namun kami endorse semua pihak memaksimalkan haknya untuk gunakan hak pilih," ujarnya