Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Donald Trump Merasa Facebook dan Twitter Diskriminatif

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menilai Twitter dan media sosial lainnya melakukan diskriminasi terhadap kaum konservatif.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam konferensi pers di Hotel JW Marriott, di Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Jorge Silva
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam konferensi pers di Hotel JW Marriott, di Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Jorge Silva

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menilai Twitter dan media sosial lainnya melakukan diskriminasi terhadap kaum konservatif.

Trump melihat diskrimasi tersebut terjadi di berbagai media sosial termasuk Twitter dan Facebook.

"Jika mereka kelompok konservatif, jika mereka ada di Partai Republik, dalam kelompok tertentu ada diskriminasi. Saya melihatnya di Twitter dan Facebook," ujarnya pada konferensi pers bersama dengan rekannya Presiden Brasil, Jair Bolsonaro.

Sebelumnya, Trump menyatakan keluhan serupa di Twitter ketika dia mengaku media sosial itu bias meski dia sendiri memiliki 59 juta pengikut. Hal ini pun sejalan dengan sekutu Trump di Kongres yang menggugat Twitter karena klaim diskriminasi atas kaum konservatif.  

Trump kemudian menyoroti platform online mengenai penyaringan konten. Trump memperbarui serangannya setelah me-retweet berita tentang gugatan yang diajukan oleh Perwakilan Republik Devin Nunes yang meminta ganti rugi US$250 juta dari Twitter.

"Facebook, Google, dan Twitter, belum lagi corrupt media berada di sisi radikal kiri Demokrat," ujar Trump di Twitter sebagaimana dikutip CNN.com, Rabu (20/3/2019).

Dalam tweet terpisah, presiden menunjuk ke sebuah insiden ketika direktur media sosialnya Dan Scavino untuk sementara diblokir di Facebook.

"Saya melihat ini!" ujar Trump.

Facebook menyatakan bahwa Scavino, yang mengklaim bahwa dia hanya menanggapi komentar di akunya, diblokir sementara karena aktivitas yang terdeteksi sebagai spam. Pemblokiran sementara bukan karena alasan politik. Facebook pun telah meminta maaf atas kejadian tersebut. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper