Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Golput Diprediksi meningkat, Ini Jurus KPU untuk Menangkalnya

Golongan putih atau golput pada pemilu kali ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya yaitu sekitar 30%. Lingkaran Survei Indonesia bahkan prediksi meningkat. Strategi untuk tekan ini dilakukan.
Pengendara melintas di depan mural (gambar dinding) tentang Pemilu 2019, di Jalan Samudera, Padang, Sumatra Barat, Selasa (12/2/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra
Pengendara melintas di depan mural (gambar dinding) tentang Pemilu 2019, di Jalan Samudera, Padang, Sumatra Barat, Selasa (12/2/2019)./ANTARA-Iggoy el Fitra

Bisnis.com, JAKARTA — Golongan putih atau golput pada pemilu kali ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya yaitu sekitar 30%. Lingkaran Survei Indonesia bahkan prediksi meningkat. Strategi untuk tekan ini dilakukan.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid mengatakan bahwa pihaknya sebagai penyelenggara pemilu terus merapikan daftar pemilih tetap (DPT). Pemilih ganda terus disisir.

“Seringkali jumlah pemilih melambung karena kegandaannya banyak. Dengan kegandaan dikurangi, berarti pemilih yang dianggap tidak menggunakan hak pilih berkurang,” katanya di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (19/3/2019).

Pramoni menjelaskan bahwa sosialisasi untuk menggunakan hak pilih juga gencar dilakukan. Rapat umum yang mengumpulkan massa dalam satu titik oleh peserta pemilu juga diyakini naikkan partisipasi publik.

Salah satu yang dikeluhkan peserta pemilu adalah kesulitan pindah memilih. Ini juga menjadi faktor masyarakat enggan mengurusnya sehingga meningkatkan angka golput.

Mengatasi hal tersebut, Pram berharap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas uji materi Undang-Undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu. Pada beleid ini publik hanya bisa melakukan pindah memilih maksimal 30 hari sebelum pemungutan suara. Ini berbeda dengan 2014 lalu yang membolehkan masyarakat pindah memilih tanpa batasan waktu.

“Kita sangat berharap putusan MK akan beri kemudahan bagi KPU memastikan warga negara tidak kehilangan hak memilih karena masalah administratif. Itu kan inti putusan MK 2014 lalu,” jelasnya.

Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Jokowi-Ma'ruf akan dirugikan apabila kategori minoritas, muslim, wong cilik, emak-emak, dan milenial banyak yang Golput. Sementara Prabowo-Sandi yang hanya akan dirugikan apabila suara Golput berasal dari kategori terpelajar.

Alasan mereka golput bermacam-macam. Ada yang berada di tempat karena berlibur, bepergian untuk ibadah, merasa tidak aman saat hari pemilihan masih banyak yang kurang informasi terkait pemilu, merasa rugi apabila meninggalkan pekerjaan, sampai masalah kesulitan pindah memilih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper