Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Para Korban Teror di Christchurch : dari Imigran Suriah Hingga Atlet Futsal

Peristiwa teror di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pekan lalu meninggalkan duka mendalam bagi sejumlah keluarga korban.
Korban penembakan di masjid Al Noor di Christchurch Selandia Baru Jumat (15/3/2019) diangkut ke ambulan./Reuters-Martin Hunter
Korban penembakan di masjid Al Noor di Christchurch Selandia Baru Jumat (15/3/2019) diangkut ke ambulan./Reuters-Martin Hunter

Bisnis.com, JAKARTA – Peristiwa teror di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pekan lalu meninggalkan duka mendalam bagi sejumlah keluarga korban.

Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari imigran Suriah hingga atlet olahraga Selandia Baru. Tak hanya orang dewasa, sejumlah anak-anak pun turut menjadi korban.

Berikut ini adalah sebagian korban, baik yang meninggal dunia, hilang, atau terluka setelah aksi teror yang mengerikan di Christchurch, seperti dilansir NZ Herald:

Mucad Ibrahim (3 tahun)

Usia Mucad Ibrahim baru tiga tahun. Ia menjadi sebagai korban termuda dari aksi teror tersebut itu.

Balita itu pergi ke masjid al Noor bersama ayahnya dan kakak laki-lakinya Abdi ketika keluarganya terjebak dalam serangan mematikan itu.

Mucad hilang dalam huru-hara ketika penembakan dimulai, ketika Abdi melarikan diri dan ayahnya berpura-pura mati setelah ditembak.

Usaha keluarga sia-sia mencari balita tersebut di rumah sakit Christchurch dan kemudian memposting foto Mucad yang tersenyum dengan Abdi, bersama dengan kata-kata: "Sesungguhnya kita adalah milik Tuhan dan kepada-Nya kita akan kembali. Akan merindukanmu saudara yang terkasih".

Abdi menggambarkan adik laki-lakinya sebagai anak yang energik, menyenangkan dan suka tersenyum. Ia mengaku tidak merasakan apa-apa selain "kebencian" terhadap pembunuhnya.

Zulfirman Syah

Zulfirman Syah, WNI yang juga salah satu seniman yang tergabung dalam Komunitas Seni Sakato Yogyakarta, juga turut menjadi korban penembakan brutal Christchurch.

Alta Marie, istri Zulfirman Syah, mengatakan suaminya melindungi putranya mereka dalam serangan di Masjid Linwood.

Tindakan berani Syah menyebabkan dia menerima sebagian besar peluru dan cedera yang jauh lebih kompleks daripada putra mereka Averroes, katanya.

"Dia dalam kondisi stabil setelah operasi eksplorasi dan rekonstruktif ekstensif hari ini,” ungkap Marie.

"Saat ini dia masih berada di unit perawatan intensif, dia akan dipindahkan ke kamar perawatan umum jika sudah membaik,” lanjutnya.

Marie mengatakan putranya Averroes menderita luka ringan, termasuk luka tembak pada kaki.

"Dia trauma, tapi kita semua selamat," katanya.

"Dia pulih dan sudah kembali ceria dan menghibur staf di kamar perawatan anak-anak dihibur dengan sifatnya yang banyak bicara dan energik," lanjutnya..

Abdullahi Dirie (4 tahun)

Abdulrahman Hashi (60 tahun) seorang uztad di Masjid Dar Al Hijrah di Minneapolis, mengatakan keponakannya yang berusia 4 tahun termasuk di antara mereka yang terbunuh.

Dia menerima panggilan telepon pada Jumat pagi dari saudara iparnya, Adan Ibrahin Dirie, yang juga di rumah sakit karena luka tembak. Empat dari anak-anaknya melarikan diri tanpa cedera, tetapi yang termuda, Abdullahi, tewas tertembak.

Keluarga itu meninggalkan Somalia pada pertengahan 1990-an sebagai pengungsi dan bermukim kembali di Selandia Baru.

"Kamu tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanku. Dia adalah yang termuda dalam keluarga. Ini adalah masalah ekstremisme. Beberapa orang berpikir Muslim di negara mereka adalah bagian dari itu, tetapi meraka orang-orang yang tidak bersalah," ungkap Hashi

Anak 12 tahun

Heba Sami, yang ayahnya ditembak dan terluka melindungi anak-anaknya, mengatakan kepada Gulf News bahwa dia kehilangan lima teman dan keluarga, termasuk seorang bocah lelaki berusia 12 tahun, dalam serangan itu.

Sayyad Milne (14 tahun)

Sayyad Milne, siswa kelas 10 Cashmere High School berada di masjid bersama ibu dan teman-temannya. Dia hadir setiap salat Jumat.

Ayah Sayyad, John Milne menyebut Sayyad merupakan "prajurit kecil yang pemberani".

"Saya kehilangan anak lelaki saya, dia baru berusia 14 tahun. Saya belum mendengar secara resmi bahwa dia sebenarnya sudah tiada, tetapi saya tahu karena dia terlihat,” ungakpnya.

Dia mengatakan seseorang melihat berbaring di lantai di masjid, berdarah dari bagian bawah tubuhnya.

Putra Milne yang lain biasanya pergi ke masjid yang sanam, namun kali itu ia sedang dalam perjalanan sekolah. Sementara itu, kakak kembarnya ada di sekolah ketika serangan terjadi.

Khaled Mustafa dan Putranya Hamza (16 tahun)

Keluarga Khaled Mustafa juga mengira mereka telah menemukan kedamaian di Selandia Baru setelah melarikan diri dari perang Suriah hanya beberapa bulan yang lalu.

Tetapi dia juga menjadi korban ketika Khaled ditembak saat salaht dengan kedua putranya, Hamza, yang kini hilang, dan Zaid (13 tahun) yang baru pulih dari operasi selama enam jam karena luka-lukanya di Rumah Sakit Christchurch.

Juru bicara Solidaritas Suriah Selandia Baru, Ali Akil mengatakan istri dan anak perempuan Mustafa, yang tidak berada di masjid pada hari Jumat, sangat terkejut dengan peristiwa itu.

“Mereka selamat dari kekejaman dan tiba di sini di tempat yang aman, hanya untuk dibunuh dengan cara yang paling kejam. Mereka hanya mencari tempat yang aman. Sayangnya kita tidak bisa mengklaim bahwa Selandia Baru adalah tempat yang aman lagi," ungkapnya.

Naeem Rashid dan Talha (21 tahun)

Naeem dikabarkan meninggal di Rumah Sakit Christchurch, setelah mencoba merebut senjata dari penembak di masjid Al Noor. Putranya Tahla juga ditembak dan dibunuh.

Naeem berasal dari Pakistan dan bekerja di bank sebelum pindah ke Christchurch untuk bekerja sebagai guru.

Adik iparnya Dr Khursheed Alam mengkonfirmasi kepada ARY News bahwa keduanya telah terbunuh dalam serangan tersebut.

Farhaj Ahsan (30 Tahun)

Ashan meninggalkan rumah di Christchurch yang ia tinggali bersama istrinya Insha Aziz, putrinya yang berusia 3 tahun, dan putranya yang berumur 7 bulan pada hari Jumat pagi untuk salat Jum’at.

"Saya tidak tahu di mana putra saya berada. Saya telah melakukan kontak dengan istrinya Insha di Selandia Baru sejak hari itu dan kami tidak tahu apa-apa, kata ayahnya, Mohammad Sayeeduddin kepada NZ Herald.

"Tolong bawakan aku kabar baik tentang putraku,” lanjutnya.

Ashan adalah seorang insinyur perangkat lunak yang meraih gelar masternya di Universitas Auckland pada 2010 sebelum menetap di Christchurch.

Teman-teman yang mendukung istri Ashan di rumah pasangan itu di Christchurch mengatakan dia tidak menerima bahwa Ashan termasuk di antara yang tewas di masjid Al Noor

Mojammel Hoq (30 tahun)

Hoq yang berasal dari Bangladesh termasuk di antara yang hilang, ungkap seorang temannya kepada Herald.

Dia telah berada di Christchurch selama lebih dari dua tahun untuk kulia di bidang kedokteran gigi..

Atta Elayyan (33 tahun)

Elayyan adalah penjaga gawang untuk tim futsal Canterbury.

Elayyan berasal dari Kuwait. Ia baru saja dikaruniai seorang anak dan saat ini menjadi anggota populer di kalangan industri teknologi Christchurch. Dia menjadi direktur dan pemegang saham sebuah perusahaan bernama LWA Solutions.

Elayyan ditembak oleh pelaku saat sedang salat di masjid Al Noor.

Seorang rekannya, Kyle Wisnewski menulis di Twitter: "Hati saya hancur, (Elayyan) seorang panutan bagi saya dan banyak orang di komunitas futsal, ayah yang penuh kasih, suami, teman dan pemain futsal. Anda tidak akan pernah bertemu lagi orang rendah hati seperti dia. Semoga kau tenang di sisi-Nya, temanku."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper