Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boeing Hadapi Krisis Pascalarangan Terbang Dari FAA?

Ketua Internasional Serikat Pekerja Transportasi Amerika John Samuelsen, mewakili pekerja di perusahaan penerbangan dan pramugari, mengatakan bahwa kebijakan untuk melarang operasional 737 Max merupakan kebijakan yang tepat untuk meyakinkan wisatawan dan para pekerja.
Karyawan Boeing di depan pesawat 737 MAX 8 yang sedang keluar dari jalur produksi di Renton, Washington, Amerika Serikat, pada 13 Maret 2018./Reuters
Karyawan Boeing di depan pesawat 737 MAX 8 yang sedang keluar dari jalur produksi di Renton, Washington, Amerika Serikat, pada 13 Maret 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Regulator Amerika Serikat berubah pikiran dan memutuskan untuk melarang sementara operasional pesawat Boeing Co. seri 737 Max di tengah kekhawatiran terkait standar keselamatan pasca kecelakan fatal yang menimpa satu pesawat Ethiopian Airlines pada Minggu (10/3/2019).

Federal Aviation Administration (FAA) mengutip data satelit baru dan bukti dari lokasi kecelakaan di dekat Addis Ababa sebagai dasar kebijakan mereka menyusul keputusan Eropa, China dan negara-negara lain dalam melarang penerbangan 737 Max.

Kecelakaan itu adalah bencana kedua yang melibatkan 737 MAX, pesawat penumpang modern paling laris di dunia, dalam waktu kurang dari lima bulan.

"Informasi baru dari puing-puing di Ethiopia dan data yang baru disempurnakan tentang jalur penerbangan pesawat menunjukkan beberapa kesamaan antara dua bencana, yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut tentang kemungkinan penyebab yang sama," ujar FAA dalam sebuah pernyataan yang dikutip melalui Reuters, Kamis (14/3/2019).

Pejabat pelaksana FAA Daniel Elwell mengatakan dia tidak dapat memastikan sampai kapan larangan penerbangan akan berlangsung.

Menurut Elwell, perbaikan perangkat lunak pada 737 Max yang sedang dikerjakan Boeing pascakecelakaan fatal di Indonesia pada Oktober tahun lalu akan memerlukan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.

Ini adalah larangan terbang yang dikenakan FAA terhadap pesawat Boeing dalam kurun waktu 6 tahun. Sebelumnya FAA sempat menahan operasional seri 787 Dreamer pada 2013 karena masalah standar keselamatan dan pencegahan kecelakaan.

Boeing, yang menyatakan bahwa pesawat mereka aman untuk terbang, mengatakan dalam sebuah pernyataan susulan yang menyebutkan bahwa mereka mendukung langkah FAA tersebut.

"Boeing telah menetapkan, dalam sikap kehati-hatian untuk meyakinkan publik tentang keselamatan terbang, untuk merekomendasikan kepada FAA penangguhan sementara operasional seluruh armada global seri 737 Max," ujar Boeing dalam pernyataan yang mereka rilis.

Maskapai Amerika Serikat yang mengoperasikan seri 737 Max antara lain Southwest Airlines Co, American Airlines Group Inc dan United Airlines, mengatakan mereka sedang berupaya untuk mengatur ulang pesanan tiket penumpang.

Southwest melaporkan 5 pembatalan tiket terkait isu pesawat 737 Max sampai dengan Rabu (13/3), sementara American Airlines mencatat 40 pembatalan tiket.

Southwest adalah operator 737 Max 8 terbesar di dunia dengan jumlah pesawat sebanyak 34 unit.

Saham Boeing tercatat pulih dengan peningkatan sebesar 0,5% dan ditutup pada Rabu (13/3), pada level US$377,14 setelah penurunan lebih dari 3% pasca pengumuman dari FAA.

Amerika Serikat sempat ragu untuk menunda penangguhan 737 Max penerbangan hingga Selasa (12/3), bahkan setelah beberapa negara besar seperti China dan negara-negara Eropa mengumumkan larangan terbang.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump memanggil Kepala Eksekutif Boeing Dennis Muilenburg pada Rabu (13/3) untuk menyampaikan bahwa Washington sedang bersiap untuk melarang operasional armada 737 Max.

"Saya telah berbicara dengan sejumlah maskapai, menurut saya semua sudah setuju bahwa ini adalah keputusan yang tepat," kata Trump kepada para wartawan.

Ketua Internasional Serikat Pekerja Transportasi Amerika John Samuelsen, mewakili pekerja di perusahaan penerbangan dan pramugari, mengatakan bahwa kebijakan untuk melarang operasional 737 Max merupakan kebijakan yang tepat untuk meyakinkan wisatawan dan para pekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper