Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pilot dikabarkan telah mengeluhkan kondisi pesawat Boeing 737 MAX 8, beberapa bulan sebelum kecelakaan dialami Ethiopian Airlines akhir pekan lalu.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 tujuan Nairobi yang dioperasikan Ethiopian Airlines terhempas ke daratan pada Minggu (10/3), hanya sekitar enam menit setelah lepas landas dari bandara di Addis Ababa, Ethiopia. Tidak ada yang selamat dalam peristiwa ini.
Berselang sekitar lima bulan sebelumnya, pesawat Lion Air JT610 dengan tipe sama jatuh di perairan Laut Jawa pada 29 Oktober 2018. Pesawat Lion Air terjun bebas juga tak lama setelah lepas landas, menewaskan total 189 penumpang dan awak di dalamnya.
Ternyata, catatan pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa setidaknya lima keluhan telah diajukan kepada otoritas federal dalam beberapa bulan terakhir.
Keluhan-keluhan tersebut dibuat dalam database insiden Federal Aviation Administration (FAA), yang memungkinkan pilot untuk melaporkan masalah tentang insiden penerbangan secara anonim.
Keluhan itu menyoroti masalah dengan sistem autopilot MAX 8, yang telah dipertanyakan pascakecelakaan yang melibatkan model pesawat tersebut di Ethiopia akhir pekan kemarin dan di perairan Laut Jawa pada Oktober 2018.
Dalam salah satu keluhan yang diajukan, seorang pilot menggambarkan masalah yang terjadi saat lepas landas. Ketika autopilot diaktifkan, hidung pesawat tiba-tiba turun dan memicu sistem alarm pesawat yang berbunyi “Don't sink, don't sink!” menurut laporan Politico. Situasi ini bisa diatasi hanya setelah autopilot dimatikan.
Pilot lain yang menerbangkan MAX 8 menyampaikan keluhan pada November 2018 bahwa "tidak beralasan" jika pilot diizinkan untuk terus menerbangkan pesawat tanpa diberi lebih banyak pelatihan atau pengetahuan tentang bagaimana sistem MAX 8 berbeda dengan model-model sebelumnya.
Seorang pilot bahkan menyebutkan manual penerbangan pesawat itu “tidak memadai dan hampir tidak mencukupi secara aturan,” seperti dilaporkan The Dallas Morning News.
Dalam sebuah laporan pada Oktober, pilot lainnya mengeluhkan sistem autothrottle MAX yang tidak berfungsi dengan baik. Masalahnya lalu dapat diperbaiki setelah pilot itu menyesuaikan daya dorong secara manual dan terus naik.
“Tak lama kemudian saya mendengar tentang kecelakaan [maskapai penerbangan lain] dan saya bertanya-tanya apakah ada kru pesawat lain yang mengalami insiden serupa dengan sistem autothrottle pada MAX?” tulis pilot itu dalam laporan tersebut.
Kotak hitam yang telah ditemukan dari kecelakaan Lion Air mengindikasikan bahwa pesawat JT610 berulang kali terdorong ke posisi dive atau menukik tak lama setelah lepas landas dari Jakarta. Para penyelidik berpendapat ada kemungkinan sensor sistem otomatisnya telah mengalami malfungsi.
Sejumlah pengamat mencatat adanya kesamaan-kesamaan antara dua kecelakaan mematikan itu. Kepada CNN, CEO Ethiopian Airlines Tewolde GebreMariam mengatakan kesamaan itu "substansial".
“Dia [pilot Ethiopian Airlines] mengalami kesulitan dengan kendali penerbangan pesawat, jadi dia meminta untuk kembali ke pangkalan,” ungkap GebreMariam.
Dua kecelakaan mematikan yang terjadi dalam waktu relatif singkat tersebut sontak meresahkan pelanggan layanan penerbangan udara dan mendorong sejumlah negara mengumumkan untuk menghentikan operasi pesawat jenis itu guna menghindari ancaman kerusakan pada mesin pesawat.
Boeing telah mengumumkan bahwa semua pesawat tipe MAX produksinya akan menjalani update software kontrol penerbangan dalam beberapa pekan mendatang. Meski demikian, produsen pesawat yang berbasis di AS itu belum mengindikasikan apakah akan membuat perubahan fisik pada pesawatnya.
"Inti dari kontroversi seputar 737 MAX adalah MCAS, Maneuvering Characteristics Augmentation System (Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver)," tulis koresponden bidang transportasi Business Insider, Benjamin Zhang.
“Agar sesuai dengan tipe MAX yang lebih besar dan lebih hemat bahan bakar, Boeing harus mendesain ulang cara pemasangan mesin pada 737,” sebut Zhang.
Perubahan ini, jelasnya, mengganggu pusat gravitasi pesawat dan menyebabkan MAX memiliki kecenderungan untuk mengarahkan hidung ke atas selama penerbangan, sehingga meningkatkan kemungkinan stall.
“MCAS dirancang untuk secara otomatis menetralkan kecenderungan itu dan mengarahkan hidung pesawat ke bawah,” tambahnya.