Kebijakan Kontroversial Sang Pemimpin Muda
Dalam sistem pemerintahan Arab Saudi, sosok raja merupakan kepala negara tertinggi. Kekuasan raja nyaris absolut, ia memegang kekuasaan di aspek eksekutif, yudikatif, dan legislatif.
Di balik cakupan kekuasaan raja yang begitu luas, pemimpin de facto justru disematkan pada sosok putra mahkota. Pasalnya, posisi ini memiliki andil besar dalam keluarga kerajaan dalam proses pengambilan keputusan.
Untuk kasus Pangeran Mohammad, selain menyandang gelar putra mahkota, ia juga menjalankan peran sebagai Deputi Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan.
Mohammad bin Salman juga menjabat sebagai Kepala Dewan Ekonomi dan Pembangunan dan Kepala Dewan Politik dan Keamanan, posisi strategis yang berpengaruh pada sejumlah kebijakan krusial Saudi.
Peran besar MBS sebagai nahkoda pemerintahan Saudi terlihat pula saat sang ayah melakukan lawatan luar negeri ke Mesir Februari lalu. Saat Raja absen dari publik Saudi, Pangeran Mohammad ditunjuk sebagai "Deputi Raja".
Selama menjalankan tugas ini, MBS mengambil dua keputusan besar. Ia mengangkat saudara lelakinya, Pangeran Khalid bin Salman yang sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat sebagai Deputi Menteri Pertahanan.
Tak sampai di situ, MBS juga mengeluarkan kebijakan mengejutkan dengan menunjuk Putri Rima binti Bandar bin Sultan sebagai pengganti Pangeran Khalid. Putri Rima adalah Dubes perempuan pertama untuk AS yang ditunjuk Saudi.
Dua penunjukan ini semakin memperlihatkan dalamnya sentralisasi kekuasaan di pemerintahan Saudi yang dalam hal ini, dipegang oleh sosok MBS.