Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Si Cantik Yulia Tymoshenko, Mantan Napi Jadi Capres Ukraina

Yulia Tymoshenko pernah menjadi wajah global dari sebuah revolusi. Pernah dua kali menjadi perdana menteri Ukraina, Tymoshenko pernah pula merasakan himpitan jeruji penjara. Kini, wanita cantik berusia 58 tahun yang dikenal karena kemampuan bicaranya yang berapi-api dan gaya rambut kepangnya, berharap dapat mengalahkan rivalnya, petahana Petro Poroshenko, dalam kancah pemilihan presiden (pilpres) Ukraina yang bakal digelar pada 31 Maret.
Pemimpin oposisi Ukraina Yulia Tymoshenko berbicara selama wawancara dengan Reuters di Kiev, Ukraina 8 November 2017. REUTERS / Valentyn Ogirenko.
Pemimpin oposisi Ukraina Yulia Tymoshenko berbicara selama wawancara dengan Reuters di Kiev, Ukraina 8 November 2017. REUTERS / Valentyn Ogirenko.

Bisnis.com, JAKARTA – Yulia Tymoshenko pernah menjadi wajah global dari sebuah revolusi. Pernah dua kali menjadi perdana menteri Ukraina, Tymoshenko pernah pula merasakan himpitan jeruji penjara.

Kini, wanita cantik berusia 58 tahun yang dikenal karena kemampuan bicaranya yang berapi-api dan gaya rambut kepangnya, berharap dapat mengalahkan rivalnya, petahana Petro Poroshenko, dalam kancah pemilihan presiden (pilpres) Ukraina yang bakal digelar pada 31 Maret.

Kampanye yang dilancarkannya bisa dibilang cukup sulit. Tymoshenko menjanjikan reformasi dan kerja sama yang berkelanjutan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) seraya memutar balik kenaikan tajam harga gas yang digunakan untuk pemanasan rumah. Hal terakhir ini telah ditetapkan sebagai syarat oleh IMF untuk mendapatkan lebih banyak pinjaman.

Jika berhasil, ia berkesempatan untuk memimpin Ukraina selama lima tahun ke depan. Ia juga menjanjikan peningkatan nilai pensiun sebesar tiga kali lipat jika ia menang. Tak heran apabila namanya populer di antara pemilih berusia lebih tua.

Namun setelah sempat unggul di posisi terdepan, Tymoshenko harus bersaing ketat dengan Poroshenko dan komedian Volodymyr Zelenskiy.

Di antara retorikanya yang terkenal tajam adalah ketika ia menyebut kenaikan harga gas sebagai ‘genosida’. Banyak kritikus menilainya populis. Kepada Reuters, Tymoshenko berpendapat kritik itu label yang sengaja digunakan rivalnya, Poroshenko, untuk mengotori namanya.

“Orang-orangnya [Poroshenko] menggunakan seni hitam politik untuk menghadapi lawan-lawan mereka yang serius dan berpengaruh. Itulah sebabnya untuk saya mereka telah memilih kata populisme,” tutur Tymoshenko dalam sebuah wawancara, sebagaimana diberitakan Reuters.

Di sisi bisnis, banyak investor yang sebenarnya telah nyaman oleh program IMF yang diusung Poroshenko. Program ini telah mendukung negara itu melalui resesi dan perang dengan separatis yang didukung Kremlin di wilayah Donbass timur.

Tymoshenko sendiri punya cara untuk mendekati para pelaku usaha. Ia memiliki pengalaman bekerja sama dengan IMF selama bertindak sebagai perdana menteri Ukraina.

Tercatat, ia pernah menjadi perdana menteri Ukraina selama periode 24 Januari-8 September 2005 dan 18 Desember 2007-4 Maret 2010. Namun dikatakannya bahwa ketentuan pengaturan saat ini kontraproduktif.

“Setelah pilpres, kami ingin memulai dialog konstruktif dengan IMF tentang bagaimana memperbaiki situasi ini, bagaimana membuat kerja sama kami membawa hasil yang akan dirasakan oleh perekonomian Ukraina dan warga negara Ukraina,” ungkap Tymoshenko.

Dipenjara

Tymoshenko menjadi perhatian dunia selama periode Revolusi Oranye di Ukraina pada 2004-2005, dimana ia menghadapi rivalnya yang bersahabat dengan Kremlin, Viktor Yanukovich. Pada 2005 pula, ia menduduki posisi ketiga daftar wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes.

Ketika Yanukovich akhirnya menjadi presiden, Tymoshenko dipenjarakannya. Dengan bantuan Paul Manafort, yang kemudian menjadi manajer kampanye Trump, tersusunlah laporan setebal 187 halaman pada 2012 yang kian membenamkan Tymoshenko dalam pengap bui.

Kebeneran perlahan mulai terkuak setelah Manafort dihukum usai menjalani penyelidikan oleh Penasihat Khusus Robert Mueller tentang campur tangan Rusia dalam pilpres AS 2016.

Menurut dakwaannya, saat bekerja sebagai konsultan untuk partai yang dihuni Yanukovich, Manafort menggunakan akun luar negeri untuk diam-diam membayar US$4 juta demi terbitnya laporan tentang Tymoshenko.

Oleh Tymoshenko, serangan yang dilancarkan Poroshenko dibandingkannya dengan masa itu. Meski terkesan lembut saat melakukan wawancara dengan Reuters, nada suara Tymoshenko sekejap berubah keras ketika berbicara tentang Poroshenko.

Dia menyerukan pemakzulannya pada bulan Februari atas tuduhan korupsi yang melibatkan putra salah satu aliansi dekat Poroshenko, berdasarkan hasil investigasi sebuah jaringan jurnalis. Ia berkata akan membawa Poroshenko ke muka persidangan jika terpilih sebagai presiden.

“Di bawah air ada piramida korupsi yang dibangun sangat besar selama lima tahun. Kami percaya bahwa kami akan memenangkan kampanye presiden dan bahwa presiden itu [Poroshenko], beserta lingkungan korupnya, akan diadili,” tegas Tymoshenko.

Bukan berarti Tymoshenko bebas dari segala tuduhan. Ia sendiri adalah subjek investigasi oleh jaringan jurnalis yang sama, bihus.info, yang menemukan bahwa partainya telah menyembunyikan sumber donasi kampanye yang sebenarnya.

Tymoshenko mengakui partainya telah menyembunyikan kontribusi dari perusahaan-perusahaan dan alih-alih menyebutnya datang dari pemilih biasa. Namun ia berdalih hal ini perlu dilakukan guna melindungi perusahaan-perusahaan itu dari investigasi bermotif dendam oleh pihak berwenang.

Si Cantik Yulia Tymoshenko, Mantan Napi Jadi Capres Ukraina

(Yulia Tymoshenko/Reuters)

Pilpres Ketiga Kalinya

Ajang pilpres kali ini adalah yang ketiga kalinya ditempuh oleh pengagum mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher tersebut, setelah kalah dari Yanukovich pada 2010 dan Poroshenko pada 2014.

Bagi Tymoshenko sendiri, Poroshenko tetap dinilai sebagai pesaing terberat. Ia optimistis akan dapat merengkuh suara dalam pilpres mendatang, meskipun popularitas terbesar kini diraih kandidat lainnya, Zelenskiy.

“Saya percaya bahwa Ukraina harus mengakhiri sejarah pemilihan suara untuk seseorang, nama keluarga atau iklan kreatif yang keren,” menurut Tymoshenko.

“Untuk pertama kalinya, kita perlu memilih bukan untuk individu, tetapi untuk program aksi nyata, serius, dan beralasan. Kecuali kami, tidak ada yang memiliki program-program seperti itu saat ini,” yakinnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper