Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ijtima Ulama dan PA 212 Pengaruhi Elektabilitas Capres-Cawapres. Ini Penjelasannya

Walaupun elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2019 cenderung stagnan, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menjabarkan fakta lain di baliknya.
Petugas melakukan pengecekan kualitas surat suara Pilpres 2019 saat pencetakan surat suara di Jakarta, Minggu (20/1/2019)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Petugas melakukan pengecekan kualitas surat suara Pilpres 2019 saat pencetakan surat suara di Jakarta, Minggu (20/1/2019)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Walaupun elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2019 cenderung stagnan, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menjabarkan fakta lain di baliknya.

Adjie Alfaraby, Peneliti LSI Denny JA, menyebutkan dari 6 kantong suara yang diukur LSI, yaitu basis suara pemilih Muslim, kalangan minoritas, wong cilik, perempuan, kalangan terpelajar, dan milenial, ada kantong suara yang kondisinya justru fluktuatif.

Kantong suara dimaksud yaitu pemilih Muslim yang memiliki basis suara sebesar 85,5% dari suara nasional, dan basis suara kalangan minoritas sebesar 14,2% suara nasional.

"Jadi kalau kita lihat secara umum cenderung stagnan [elektabilitas] kedua capres tapi kalau kita lihat sebetulnya ada pergeseran di sejumlah kantong-kantong pemilih," jelas Adjie di kantor LSI, Kamis (7/2/2019).

Bagi paslon nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf, basis pemilih Muslim naik-turun tetapi stabil di kisaran 49%—53,7% sejak Agustus 2018 sampai Januari 2019.

Adjie menilai tren suara Jokowi-Ma'ruf cenderung turun dari sebelumnya 52,7% pada Agustus 2018, menjadi 49,5% pada September 2018, kemudian meningkat menjadi 53,7% pada Desember 2018. Berlanjut pada November 2018 menjadi 49,0%, kemudian 50% pada Desember 2018, dan 49,5% pada Januari 2019.

Sebaliknya, suara pemilih Muslim untuk Prabowo-Sandiaga memiliki kecenderungan naik. Berturut-turut dari Agustus sampai Desember 2018 sebesar 27,9%, 32,1%, 31,7%, 35,2%, 33,5%, dan kini pada Januari 2019 menjadi 35,4%.

"Ini juga akibat dari kampanye atau framing isu yang muncul ke publik bahwa pasangan petahana tidak terlalu ramah terhadap Islam," jelas Adjie.

"Di sisi lain, misalnya sentimen Islam dikaitkan pada pasangan 02 sehingga memang terjadi kenaikan di pasangan Prabowo-Sandiaga dan ada penurunan di pasangan Jokowi-Ma'ruf," tambahnya.

Politik Identitas

Sementara itu, suara dari kalangan minoritas menjadi indikator bahwa pengaruh dari politik identitas masih begitu kentara.

Adjie menjelaskan bahwa suara pemilih minoritas untuk Jokowi-Ma'ruf sebelumnya hanya 47,5% di bulan Agustus 2018 sebab kaget pada pilihan Jokowi yang ketika itu memilih sosok kiai sebagai cawapresnya.

"Karena saat itu Kiai Ma'ruf dianggap sebagai bagian dari 212 yang berkontribusi dalam kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok," ungkap Adjie.

Tetapi seiring berjalannya waktu, adanya dukungan dari Persatuan Alumni 212 (PA 212) yang dimotori Habib Rizieq Shihab untuk Prabowo-Sandiaga, justru memberikan kenaikan signifikan untuk Jokowi-Ma'ruf.

Yaitu 81,2% pada September 2018, 80,8% pada Oktober 2018, 63,3% pada November 2018, 82,9% pada Desember 2018, dan 86,5% pada Januari 2019.

"September hingga Januari ada kenaikan hingga di atas 80% pemilih [Jokowi-Ma'ruf] karena mereka melihat bahwa pasangan 02 terlalu kental dengan isu-isu identitas," jelas Adjie.

"Misalnya akibat dari dukungan PA 212, dukungan HRS, kemudian NKRI bersyariah, itu juga mengapa pemilih minoritas secara berbondong bondong memilih Jokowi-Ma'ruf," tambahnya.

Hal ini pun terlihat jelas dari penurunan signifikan untuk suara minoritas yang memilih Prabowo-Sandi. Padahal, sebelumnya ketika Agustus 2018, sebanyak 43,6% suara minoritas masih memilih Prabowo-Sandi.

Tetapi, sejak adanya hasil Ijtima Ulama untuk Prabowo-Sandiaga pada bulan September 2018, suara dari kalangan minoritas anjlok menjadi hanya 7,5%, kemudian 10,7% pada Oktober 2018, 21,7% pada November 2018, 10,5% pada Desember 2018, hingga semakin jatuh di kisaran 4,7% pada Januari 2019.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper