Kabar24.com, JAKARTA — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merayakan hari ulang tahun ke-72. Perayaan yang menampilkan pagelaran seni budaya dengan menggandeng kaum milenial ini dilaksanakan di Puri Agung, Hotel Grand Sahid Jaya, Rabu (23/1/2019).
Sebelum acara dimulai, panitia juga menggelar peluncuran buku bertajuk "The Brave Lady". Buku tersebut berisi testimoni para menteri yang bertugas di era kabinet Gotong Royong sekaligus kado untuk Presiden ke-5 RI tersebut.
Mega mengaku kaget dengan dirilisnya buku "The Brave Lady" tepat di perayaan ulang tahunnya. Menurutnya, ide membuat buku biografi awalnya muncul dari Kristin Samah. Kristin merupakan mantan wartawan yang selalu mengikuti saat Mega menjabat sebagai Presiden RI.
"Kristin ini bolak-balik minta [nulis buku] karena saya satu-satunya presiden perempuan di Indonesia. Saya bilang, kamu tahu enggak banyak duka dibanding suka. Nanti tulis pas lagi seneng dari pada saya berurai air mata," katanya, Rabu (23/1/2019).
Meski tak jadi menulis riwayat hidup (autobiografi), ide tersebut tetap dijalankan oleh Kristin. Dia justru menggandeng Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristanto untuk menggarap buku tersebut.
Keduanya lantas mengontak menteri-menteri era Kabinet Gotong Royong untuk menceritakan testimoni dan kejadian penting saat Indonesia dipimpin oleh Megawati. Beberapa menteri kabinet Gotong Royong yang menyumbang tulisan a.l. Hatta Rajasa, Yusril Ihza Mahendra, Hasan Wirayuda, Kwik Kian Gie, Malik Fajar, dan Poernomo Yusgiantoro.
Mega tak menyangka buku itu ternyata sudah diselesai dan disiapkan untuk rilis di tahun politik.
"Saya pikir oh, mungkin ini kenang-kenangan kalau nanti saya pulang [meninggal dunia]. Ternyata sudah selesai. Saya ucapkan terima kasih untuk semua pihak," imbuhnya.
Judul The Brave Lady pun tak datang secara tiba-tiba. Ide itu dimunculkan oleh Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Dia orang pertama yang memberi julukan "The Brave Lady" untuk Mega.
"Saya tidak menyangka ini menjadi judul buku. The Brave Lady, the maker decision. Seorang Ibu yang berani mengambil keputusan dalam keadaan apapun," katanya.
Dia bercerita alasan menyematkan julukan tersebut kepada Mega. Awalnya, Presiden RI Ke-5 itu berencana berangkat ke Amerika Serikat untuk menghadiri konferensi energi. Ternyata, terjadi serangan teroris di menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September.
Purnomo meminta Mega agar membatalkan kunjungan tersebut karena kondisinya tidak memungkinkan dan membahayakan. Namun, Mega berkukuh untuk pergi ke Negeri Paman Sam. Hasilnya, Indonesia mendapat komitmen investasi hingga Rp200 triliun dan menjadi penyelamat kondisi krisis ekonomi pasca 1998.
"Saya bilang jangan ke Amerika keadaan tidak pas, tetapi Ibu mengambil keputusan untuk pergi. Dia The First Brave Lady yang saya catat," ungkapnya.