Kabar24.com, JAKARTA – Investor dianjurkan membatasi eksposur atas aset-aset Inggris, mengingat rentannya pasar finansial terhadap volatilitas politik di tengah ketidakpastian seputar nasib Brexit.
Rekomendasi itu disampaikan UBS Global Wealth Management pada Selasa (15/1/2019) waktu setempat, setelah kesepakatan Brexit yang diusung Perdana Menteri (PM) Theresa May ditolak dalam voting di parlemen Inggris dengan margin yang telak.
Menurut Dean Turner, ekonom divisi investasi Inggris UBS Wealth Management, volatilitas pasar tidak akan surut sampai kesimpulan yang konkret untuk proses Brexit muncul.
“Kami tidak menganjurkan investor mengambil posisi pada pound sterling, gilt atau saham-saham Inggris di saat ketidakpastian ini masih sangat besar,” ujarnya setelah proses voting di parlemen usai.
“Dalam portofolio yang ada, investor baiknya membatasi setiap eksposur [aset-aset] Inggris di level-level acuan,” tambahnya, seperti dikutip Reuters.
Pemerintahan PM May mengalami kekalahan telak pada Selasa malam waktu setempat setelah mayoritas anggota parlemen menolak kesepakatan Brexit hasil rundingan May dengan Uni Eropa (UE).
Sebanyak 432 anggota parlemen menolak kesepakatan tersebut dan hanya 202 suara yang mendukungnya. Ini menjadi kekalahan parlementer terburuk bagi pemerintah dalam sejarah pengambilan suara di Inggris.
Ada kekhawatiran bahwa hasil tersebut mungkin akan memicu pergolakan politik yang dapat menyebabkan proses perpisahan dari Uni Eropa secara semrawut atau malah tidak keluar sama sekali dari blok tersebut.
Sementara itu, sejumlah pemimpin finansial menyerukan Inggris untuk segera membuat rencana baru demi menghindari kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan hanya dalam waktu lebih dari 70 hari yang dapat berujung pada destabilisasi pasar.
“Waktunya hampir habis untuk menghindari Brexit 'tanpa kesepakatan' yang akan menjadi bencana bagi perekonomian Inggris,” kata Stephen Jones, kepala eksekutif UK Finance.
Penyelesaian Brexit mencakup masa transisi hingga Desember 2020 yang oleh badan perbankan Eropa AFME dikatakan sangat penting untuk memastikan Inggris keluar secara teratur dari UE.
Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan pada 29 Maret jika tidak ada alternatif lain atau apabila Brexit ditunda.
“Beberapa bentuk transisi, entah itu penundaan atau apa pun, adalah hal utama yang harus difokuskan,” kata Catherine McGuinness, pemimpin distrik keuangan City of London.