Kabar24.com, JAKARTA — Seperempat total pemilih Indonesia menantikan performa mengejutkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam debat Pilpres 2019 sebagai penggoyah keyakinan mereka pada pemungutan suara 17 April.
Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis sebanyak 71,4% pemilih telah mantap dengan pilihannya apakah memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, maupun kukuh tidak mencoblos.
Namun, masih terdapat 14,6% pemilih mengambang (swing voter), 14,1% pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voter) ketika survei dilakukan Charta pada 22 Desember 2018-2 Januari 2019.
Gabungan 28,7% pemilih lebih tinggi dari selisih elektabilitas Jokowi-Ma’ruf dengan Prabowo-Sandiaga sebesar 19,1%. Alhasil, kedua kontestan berkepentingan untuk menggoyahkan keyakinan pemilih mengambang dan belum menentukan pilihan tersebut.
Di kalangan pemilih Jokowi-Ma’ruf, sebanyak 80,9% telah mantap untuk memilih pasangan nomor urut 01 tersebut. Di kalangan pemilih Prabowo-Sandiaga, kemantapan untuk tidak mengubah pilihan terekam sebesar 79,6%.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengakui bahwa pemilih mengambang dan belum menentukan pilihan berpotensi dipengaruhi dengan debat. Namun, dia menyangsikan efektivitasnya bila tidak ada perbedaan jomplang antara dua kontestan yang berdebat.
“Kalau penguasaan data dan gaya komunikasi masing-masing kandidat menunjukkan performa tak jauh berbeda dengan lawan, debat tak terlalu berpengaruh,” katanya usai konferensi pers di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Berdasarkan survei Charta, Yunarto mengatakan mayoritas masyarakat dapat mengubah pilihan karena alasan visi, misi, dan program yang ditawarkan kontestan. Mau tidak mau, pasangan nomor urut 01 atau 02 harus bisa memenuhi keinginan masyarakat tersebut dalam debat yang diagendakan berlangsung dalam lima putaran.
Pada debat pertama 17 Januari, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memilih tema penegakan hukum, korupsi, hak asasi manusia, dan terorisme. Namun, survei Charta menunjukkan sekitar 60% pemilih lebih menyoroti persoalan ekonomi, sedangkan isu korupsi, keamanan, dan penegakan hukum digandrungi 23,5% pemilih.
Menurut Yunarto, pasangan Jokowi-Ma’ruf relatif diuntungkan saat ini dengan kepuasan masyarakat sebesar 65,8% atas pemerintahan periode 2014-2019. Karena itu, Prabowo-Sandiaga dinilai lebih membutuhkan forum debat untuk mengejar elektabilitas lawan.
“Kalau debat tidak mengubah banyak, yang dirugikan adalah penantang yang elektabilitasnya tertinggal,” ucap Yunarto.
Temuan Charta Politika didasarkan hasil wawancara kepada 2.000 responden dari seluruh Indonesia yang dipilih secara acak pada 22 Desember 2018-2 Januari 2019. Marjin kesalahan sebesar +/- 2,19% pada tingkat kepercayaan 95%.
Pada survei tersebut, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sudah tembus 53,2%, unggul dengan selisih 19,1% dari pasangan Prabowo-Sandiaga yang meraup 34,1%. Hanya 12,7% masyarakat yang belum menentukan pilihannya atas dua pasangan calon presiden dan wakil presiden.