Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Politik Yo-yo Trump: Ekstradisi Fethullah Gulen dan Upaya "Menjinakkan" Erdogan

Trump tekesan sedang memainkan jurus politik yo-yo, alias politik tarik ulur terhadap Turki. Di satu sisi, ia melontarkan terkait pemulangan Fethullah Gulen, lawan politik Erdogan yang selama ini mengamankan diri di Amerika Serikat.
Presiden Turki Tayip Erdogan saat memberikan pernyataan mengenai percobaan kudeta di Istanbul, Turki/Reuters
Presiden Turki Tayip Erdogan saat memberikan pernyataan mengenai percobaan kudeta di Istanbul, Turki/Reuters

Bisnis.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Donald Trump  tampaknya sedang memainkan jurus politik yo-yo terkait pemulangan Fethullah Gulen, lawan politik Presiden Turki Recep Tayyip  Erdogan.

Seperti diketahui selama ini Gulen yang menjadi lawan politik Erdogan dan dianggap bertanggung jawab atas upaya kudeta di Turki mengamankan diri di Amerika Serikat.

Politik tarik-ulur Trump tersirat dari pernyataannya soal ekstradisi Gulen. Lewat pernyataannya, Trump terkesan memberikan harapan kepada Turki untuk mengembalikan Gulen.  

Diberitakan bahwa Trump mengatakan kepada Erdogan bahwa Washington "akan melihat" kemungkinan mengekstradisi ulama, yang Ankara tuduh berada di balik usaha kudeta tahun 2016, kata Gedung Putih, Selasa (18/12/2018).

Namun, kalimat "akan melihat" itu ternyata harus dimakna hanya sebagai "we will see" yang bukan sebuah kepastian janji.

Gedung Putih pun menegaskan bahwa Trump tidak menyatakan komitmen soal kemungkinan ekstradisi.

"Apa yang dia katakan hanyalah bahwa kami akan melihatnya," kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih kepada wartawan. "Tak ada yang lain mengenai hal ini ... tak ada komitmen sama sekali dalam proses itu."

Sementara itu, Turki sempat memaknai lain pernyataan Trump. Menteri Luar Negeri Turki pada Minggu (16/12) mengungkapkan Trump mengatakan kepada Erdogan bahwa Washington sedang bekerja untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, mantan sekutu Erdogan yang tinggal mengasingkan diri selama hampir dua dekade di AS.

Gedung Putih tentu saja menolak persepsi Turki tersebut.

Senin (17/12), seorang pejabat lain Gedung Putih hanya mengatakan bahwa Trump tidak berkomitmen untuk mengekstradisi Gulen ketika dia berbicara dengan Erdogan di konferensi tingkat tinggi G20 di Buenos Aires bulan lalu. Pejabat itu tak memberi rincian mengenai pembicaraan tersebut.

Para pejabat Turki menuding Gulen berada di balik kudeta yang gagal di Turki. Dalam aksi tersebut, para tentara yang bertingkah laku aneh menyerang parlemen dan menembaki warga sipil tak bersenjata.

Gulen membantah terlibat dalam insiden itu.

Hubungan Panas-Dingin  AS dan Turki

Ekstradisi Gulen hanyalah salah satu dari beberapa isu yang telah membuat renggang hubungan antara kedua negara. AS dan Turki, sekutu NATO, melalui masa sulit pada 2018, akibat penahanan Andrew Brunson, seorang pastor AS oleh Turki.

Trump menyebut pembebasan pastor Brunson sebagai "langkah luar biasa" ke arah perbaikan hubungan. Trump menyatakan hal itu pada Oktober, saat membantah bahwa ia membuat kesepakatan dengan Ankara untuk langkah tersebut.

Hubungan AS-Turki yang belum sungguh-sungguh mendingin, kembali panas. Ketegangan muncul lagi pekan lalu terkait sikap kedua negara atas Suriah.

Pentagon memperingatkan bahwa aksi militer sepihak ke bagian timur laut Suriah oleh pihak mana pun tidak akan diterima. Sebelumnya Turki menyatakan akan melancarkan operasi militer baru di kawasan tersebut.

Trump menyatakan bulan lalu ia tidak mempertimbangkan untuk mengekstradisi Gulen sebagai bagian dari usaha-usaha meredakan tekanan Turki atas Arab Saudi terkait pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul.

Permainan persepsi yang dilakukan Amerika dan Trump bisa dimaknai sebagai cara negeri adikuasa itu mempermainkan pengaruhnya. Turki yang kerap bersuara lantang didekati dan dijauhi sejalan tujuan strategis Amerika Serikat.

Di kawasan Timur Tengah, selain Arab Saudi, AS masing memandang Turki sebagai mitra penting. Masalahnya, Turki bukanlah the good boy. Bukan penurut. Tak jarang Turki dengan gaya retorika Erdogan dipandang sebagian kalangan sebagai bentuk perlawanan terhadap AS. Untuk itu, AS selalu mencari terobosan untuk menjinakkan Turki. 

Ibarat permainan tradisional yoyo, Trump dan Amerika menempatkan Turki dan Erdogan sebagai kepingan kumparan yoyo yang diikat tali. Trump dan Amerika tentu menjadi pihak yang memainkan yoyo tersebut. Sesekali yoyo ditarik dan sesekali diulur. Tapi, satu hal yang pasti, yoyo itu tak akan pernah lepas dari si pemainnya, kecuali kalau talinya tiba-tiba putus karena usang atau ada sebab lain.

Anda punya pendapat lain? Silakan tuliskan pada kolom komentar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper