Bisnis.com, JAKARTA--Reuni 212 yang diklaim dihadiri jutaan orang tidak banyak mengubah elektabilitas kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pilpres 2019.
Demikian hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terbaru yang dipaparkan Rabu (19/12/2018).
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan salah satu alasan dari kesimpulan tersebut adalah karena publik memandang sosok petahana Jokowi berbeda dengan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menurut Adjie, survei LSI Denny JA menemukan bahwa publik menilai Jokowi bukanlah musuh bersama umat Islam. Karena itu, gerakan reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi sebagai musuh bersama.
"Sebesar 74,6% responden menyatakan bahwa gerakan reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi sebagai common enemy," kata Adjie.
Dari survei itu, hanya sebesar 14,5% responden yang menyatakan reuni 212 bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi sebagai musuh bersama pemilih Muslim. Kemudian, dalam riset kualitatif, LSI Denny JA menemukan bahwa publik berkesimpulan Jokowi berbeda dengan Ahok.
Baca Juga
Menurut Adjie, survei LSI Denny JA menemukan bahwa publik menilai Jokowi bukanlah musuh bersama umat Islam. Karena itu, gerakan reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi sebagai musuh bersama.
"Saat itu, Ahok seakan menjadi musuh bersama umat Islam karena adanya dugaan penistaan agama Islam," katanya.
Survei LSI Denny JA dilakukan terhadap 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia dengan metode multistage random sampling pada 5-12 Desember 2018. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. Adjie mengatakan, margin of error survei ini sebesar 2,8%.