Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan pentingnya memperbanyak lulusan pendidikan tinggi berkualitas yang diarahkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mendorong lulusan terserap di dunia kerja ataupun menjadi wirausaha.
"Yang dibutuhkan dunia kerja saat ini adalah skill yang kompetitif dan pendidikan yang tidak berhenti setelah memperoleh gelar ( innovation capability). Lulusan perguruan tinggi ke depan tidak cukup dia di bidangnya saja, tapi bagaimana menyiapkan dia ke bidang entrepereneur juga, menciptakan digital talent," kata Nasir pada Diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Banten (6/12/2018) seperti yang Bisnis kutip dari keterangan resmi Kemenristekdikti.
Nasir memaparkan Data Kamar Dagang dan Industri menunjukkan bahwa tahun 2018 terdapat 2,8 juta lapangan kerja, angka ini di atas proyeksi pemerintah sebesar 2,6 juta lapangan kerja.
"Namun, hanya 2,4 juta tenaga kerja yang terserap dari jumlah lapangan kerja yang tersedia. Hal ini disebabkan sebagian tenaga kerja Indonesia belum memiliki kompetensi yang sesuai maupun keahlian yang dibutuhkan dunia Industri," lanjutnya.
Oleh karena itu, Nasir menyebutkan beberapa strategi dalam mencetak lulusan berkualitas yang selaras dengan kebutuhan dunia usaha, yaitu;
Pertama, dengan membangun ekosistem perguruan tinggi yang mampu merespon industri 4.0.
Kedua, melakukan reorientasi kurikulum yang mampu merespon perkembangan teknologi digital dan robot yang pesat untuk mencetak lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan dan teknologi digital, kompetensi sosial dan lifelong learning.
"Salah satunya dilakukan melalui peningkatan pendidikan di bidang Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM)," katanya.
Ketiga, melaksanakan student mobility dan internship atau magang. Keempat, meningkatkan kompetensi entrepreneurial melalui pendidikan kewirausahaan. Kelima, revitalisasi politeknik.
"Saat ini melalui revitalisasi politeknik telah terdapat 12 pilot project politeknik yang telah direvitalisasi dan menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) serta Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), bertambahnya tenaga dosen dari industri, dan dosen-dosen yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi baik itu internasional maupun dalam negeri," jelas Nasir.
Kemudian, Nasir mengatakan melalui Polytechnics Education Development Program (PEDP) telah dikembangkan kurikulum pendidikan vokasi berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebanyak 79 prodi, pembentukan 28 LSP dan 89 TUK.
Selain itu, 11.931 mahasiswa yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi, dan 254 perjanjian kerjasama dengan dunia industri.
Nasir juga berharap seluruh program studi di perguruan tinggi, terutama pendidikan vokasi harus mempunyai lembaga sertifikasi profesi masing-masing.
"Tahun depan kami proyeksikan 100.000 lulusan memiliki sertifikasi kompetensi,” ujarnya.
Nasir juga menyebutkan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah dapat dilakukan dengan membangun Akademi Komunitas.
"Value added dari akademi komunitas berbasis pesantren di Jepara contohnya, itu ternyata sudah sangat baik. Beberapa lulusannya malah sudah terserap sampai ke luar negeri," tandasnya.