Bisnis.com, SEMARANG - Novelis kondang Nurhayati Sri Hardini atau yang akrab disapa NH Dini tutup usia hari ini Selasa (4/12/2018) kemarin akibat kecelakaan saat perjalanan pulang dari Gayamsari menuju ke Tembalang Semarang.
Hari ini Rabu (5/12/2018) sekitar pukul 10.00 WIB jenazah NH Dini berangkat menuju ke Ambarawa untuk dikremasi. Kesedihan pun masih nampak dari sanak saudara yang mengiringi jenazah NH Dini untuk berangkat ke Ambarawa.
Selama hidupnya NH Dini dikenal dengan pribadi yang tangguh, meskipun raganya sudah tak muda lagi. Sebagai seniman lintas zaman, NH Dini selalu konsisten menulis meski di usia 82 tahun dan tetap menelurkan karya terakhirnya.
Karya novel terbaru NH Dini berjudul 'Gunung Ungaran: Lerep di Lerengnya, Banyumanik di Kakinya' yang diterbitkan Media Pressido, Yogyakarta 2018. Novel seniman kelahiran Semarang, 29 Februari 1939 itu diluncurkan pada Maret 2018 lalu. Rupanya karya ke-15 itu merupakan novel kenangan dalam tulisan terakhir bagi NH Dini. Goresan tinta terakhir itu berisi otobiografi NH Dini.
Karya itu seoalah menjadi pesan tersendiri sebelum beliau akhirnya berpulang. Gunung Ungaran; seperti dalam judul yang dipilih merupakan gunung indah di Kabupaten Semarang begitu merekam segudang kenangan bagi NH Dini. Bahkan sejak remaja saat mulai gemar menulis, Dini sudah mengenal Ungaran. Meski telah malang melintang berpindah ke kota lain hingga luar negeri, NH Dini mengaku ke kaki Gunung Ungaran pula, perempuan yang memutuskan tetap tinggal di Wisma Lansia Harapan Asri Banyumanik akhirnya kembali.
Sementara itu, Budayawan sekaligus Ketua Dewan Kesenian Semarang Handry TM mengatakan, bahwa Indonesia kehilangan seorang sastrawati besar yang karya-karyanya sangat mendunia. Beliau seorang pencerita teguh yang tokoh-tokohnya memuliakan perempuan.
“Di luar karyanya, NH Dini adalah seorang feminis yang jelas-jelas sering dikemukakan dalam berbagai forum. Sementara karyanya jauh lebih dikenal dan dihargai di luar negeri daripada di negeri sendiri,” ungkapnya.
Handry yang juga seorang penulis ini menuturkan, bisa bahwa NH Dini termasuk sedikit dari jenis penulis yang perfect dan disiplin dalam hal sikap.
“Saya rasa di Indonesia baru NH Dini satu-satunya penulis yang berani menawarkan karyanya kepada penerbit dengan menetapkan harga honorarium di depan,” tuturnya.