Bisnis.com, JAKARTA – Fotografer kenamaan asal China, Lu Guang dilaporkan menghilang dan diduga telah ditahan oleh petugas keamanan negara saat mengunjungi wilayah Xinjiang di negara tersebut.
Lu Guang, yang pernah tiga kali memenangkan penghargaan World Press Photo, telah diundang untuk ambil bagian dalam acara fotografi di ibu kota wilayah tersebut, Urumqi, pada akhir Oktober, menurut istrinya, Xu Xiaoli, dalam suatu unggahan.
Sang istri mulai kehilangan kontak dengan suaminya pada 3 November ketika Lu Guang bepergian sendiri ke selatan kota Kashgar dan hingga kini belum mendengar kabar apapun darinya.
“Saya kemudian menghubungi istri orang yang mengundang suami saya ke Xinjiang dan diberitahu bahwa keduanya telah dibawa pergi oleh petugas keamanan negara,” kata Xu, seperti dilansir dari Reuters.
“Lu Guang pergi ke Kashgar sendirian. Kemudian, dia dan temannya dibawa pergi.” Hingga kini dia belum menerima pemberitahuan resmi tentang penahanan Lu Guang dan juga tidak dapat menghubungi pihak kepolisian Xinjiang.
“4 Desember adalah ulang tahun pernikahan ke-20 kami. Sejak saya kehilangan kontak dengannya, hari-hari telah berlalu seperti bertahun-tahun,” kata Xu.
Baca Juga
Sebagian besar karya Lu berfokus pada isu-isu lingkungan dan sosial yang dinilai sensitif di China di antaranya polusi industri, kecanduan narkoba, dan orang yang hidup dengan AIDS.
Pemerintah daerah Xinjiang sendiri belum menanggapi pertanyaan terkait hal tersebut sejauh ini. Sementara itu, dalam suatu jumpa pers di Beijing, juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang mengatakan belum mengetahui kasus ini.
Pemerintah China telah menghadapi banyak kecaman dari aktivis, pihak akademisi, pemerintah asing, dan pakar hak asasi manusia AS atas penahanan massal dan pengawasan yang ketat terhadap etnis minoritas Uighur dan kelompok Muslim lainnya di Xinjiang.
Pihak otoritas China meski demikian berulang kali menyangkal represi etnis atau agama di Xinjiang serta menjelaskan bahwa segala tindakan yang dilancarkannya diperlukan untuk memerangi pengaruh ekstremisme agama.