Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Turki Bagi Rekaman Pembunuhan Jamal Khashoggi ke Jerman, Prancis, dan Inggris

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Jerman, Prancis, dan Inggris telah menerima rekaman yang berkaitan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Jerman, Prancis, dan Inggris telah menerima rekaman yang berkaitan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Erdogan menyatakan hal tersebut pada Sabtu (10/11/2018) sebelum berangkat ke Prancis untuk menghadiri peringatan berakhirnya Perang Dunia I. Acara tersebut dihadiri pula oleh pemimpin Uni Eropa serta Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Kita telah memberi semua rekaman ke Arab Saudi, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Inggris. Mereka sudah dengar percakapan di dalam rekaman itu," kata Erdogan.

Direktur CIA Gina Haspel sebelumnya dilaporkan telah mendengar rekaman yang dimaksud saat mengunjungi Istanbul bulan lalu, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Sumber lain juga menyebutkan perwakilan Arab Saudi juga telah mendengar isi rekaman.

Erdogan tidak memperinci apa saja isi dari rekaman tersebut namun sumber menyatakan kepada Reuters bahwa memang Turki punya beberapa rekaman suara.

Rekaman itu meliputi beberapa hal yang berhasil dikuak Turki, termasuk pembunuhan dan percakapan yang terjadi sebelum operasi dilakukan.

Hasil investigasi ini membuat otoritas Turki menyimpulkan sejak awal bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi telah direncanakan, meski Arab Saudi menyangkal mengetahui atau terlibat dalam operasi itu.

Erdogan tidak mengulang tudingan keterlibatan pemimpin Arab Saudi dalam operasi pembunuhan. Ia hanya mendesak Riyadh untuk mengidentifikasi siapa pembunuh Khashoggi yang menurutnya pasti berada di antara sekelompok orang yang tiba di Turki beberapa jam sebelum Khashoggi hilang tanpa jejak.

"Tak perlu membelokkan isu ini, mereka [Arab Saudi] tahu persis pembunuhanya, atau pembunuh-pembunuhnya, berada di antara 15 orang ini. Pemerintah Arab Saudi dapat mengungkap kasus ini dengan membuat 15 orang itu berbicara," kata Erdogan.

Jamal Khashoggi, kritikus penguasa de facto Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, tewas di konsulat Istanbul di Arab Saudi bulan lalu dalam sebuah operasi yang menurut Erdogan diperintahkan oleh pejabat tinggi pemerintah Saudi.

Pembunuhan tersebut menyulut kecaman global. Kendati demikian, hingga kini tidak ada aksi nyata yang dilakukan komunitas internasional untuk menekan Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia dan pendukung rencana Washington dalam menahan pengaruh Iran di Timur Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper