Bisnis.com, JAKARTA – Politisi Partai Demokrat menilai bahwa generai milenial harus lebih aktif mengambil peran di tahun politik, dan jangan mau hanya dijadikan objek rebutan suara dalam kontestasi politik.
“Dengan jumlah pemilih di rentang usia 17-35 tahun mencapai 52%, generasi milenial memang sangat strategis diperebutkan oleh kedua pasangan capres dan cawapres. Dalam posisi itu, generasi milenial seyogianya mengajukan nilai tawar tinggi terhadap kedua pasangan,” kata Iwan Setiawan Arifin Manasa, Ketua Gerakan Relawan Muda - Agus Harimurti Yudhoyono (Garuda AHY), dalam rilisnya, Senin (24/9/2018).
Dengan porsi yang bergitu besar, lanjutnya, generasi milenial bisa menentukan kualitas hajatan demokrasi itu sendiri. Salah satunya, adalah dengan membantu mewujudkan kampanye pemilu yang sejuk dan damai.
“Misal, tidak akan memilih pasangan yang masih suka menyebar kabar bohong (hoax), nyinyir, fitnah atau mengumbar ujaran kebencian,” kata Iwan.
Iwan mengakui tetap ada kalangan yang skeptis untuk mewujudkan kampanye yang sejuk dan damai. Alasannya, rakyat telanjur terbelah dalam dua kubu yang saling serang dan memojokkan. Ini akan berbeda apabila pilpres diikuti lebih dari dua pasangan calon.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat tersebut, generasi milenial harus mengambil sikap dan positioning yang tegas. Antara lain, tidak ikut-ikutan menodai kampanye dengan menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau tidak jelas sumbernya.
Baca Juga
Iwan Manasa menambahkan, para pemilih usia muda harus dirangkul, diberi pemahaman yang komprehensif terkait dengan keterlibatan mereka dalam pemilu. “Bukan hanya karena secara elektoral jumlah mereka besar, tapi karena suara merekalah yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara,” ujar Caleg DPR untuk Daerah Pemilihan (Dapil) NTT 1 ini.