Bisnis.com, AMLAPURA -- Kepala Subbidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana memastikan kondisi Gunung Agung saat ini tidak lebih berbahaya dibandingkan keadaan pada 2017 lalu lantaran area terdampak letusan yang tidak terlalu luas.
Menurutnya, jika dibandingkan dengan erupsi pada 2017, kondisi erupsi Gunung Agung tahun ini jauh lebih aman. Sebab, area yang terdampak hanya berada pada radius 2 km dari kawah Gunung Agung. Seperti letusan eksplosif strombolian pada Senin (2/7/2018), wilayah yang terdampak hanya sejauh 2 km.
Sementara, pada 2017 lalu, Gunung Agung sempat meletus vulkanian dengan keluarnya abu tebal dan pasir hingga radius 8 km.
"Dari segi eksplosivitas jangkauan hujan abu dan material lebih tebal tahun lalu," katanya, Sabtu (7/7/2018) malam di Pos Pantau Gunung Api Agung Kecamatan Rendang.
Kata dia, hanya saja pada Senin (2/7/2018) saat terjadi letusan strombolian, menghasilkan suara dentuman. Kondisi ini yang mengakibatkan masyarakat panik.
Padahal kondisi adanya suara dentuman tidak bisa menjadi tolak ukur bahaya suatu Gunung Api. Justru, keluarnya material dengan radius lebih luas seperti letusan pada 2017 yang lebih berbahaya.
"Ini belum mengkhawatirkan karena skala eksplosivitas erupsi terendah nomor dua, 2017 kan sampai vulkanian dan waktu itu ada hujan lebat," katanya.
Kata dia, letusan yang berbahaya adalah yang mengeluarkan magma kental. Sementara, pada saat ini, letusan yang dikeluarkan masih mengeluarkan lava cair saja.
Seperti misalnya Gunung Merapi yang hampir tiap letusannya merupakan katagori erupsi vulkanian. Letusannya pun terhitung luar biasa. Hal ini pula yang terjadi pada letusan Gunung Agung pada 1963. Namun, saat ini belum ada indikasi mengkhawatirkan dari Gunung Agung.