Kabar24.com, JAKARTA – China akan mempertahankan stabilitas mata uangnya pada level seimbang (ekuilibrium). Selain itu, bank sentral China (PBOC) juga akan tetap menjalankan kebijakan netralnya secara berhati-hati
Hal itu disampaikan oleh Gubernur China Yi Gang sebagai pernyataan yang paling jelas dari bank sentral setelah yuan mulai melemah pada pertengahan Juni.
“[PBOC] akan menjaga tingkat nilai tukar yuan tetap stabil di level wajar dan seimbang,” katanya melalui pernyataan di laman resmi PBOC, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (2/7/2018).
Yi mengungkapkan, para pembuat kebijakan tengah mencermati pasar valuta asing yang baru-baru ini memperlihatkan volatilitas. Adapun, lanjutnya, fluktuasi pasar keuangan kali ini sebagian besar dipicu oleh faktor seperti penguatan dolar dan ketidakpastian eksternal, serta beberapa perilaku pro-cyclical.
Beberapa bulan terakhir, yuan telah menjadi mata uang berperforma terburuk di Asia. Sejauh ini, yuan telah turun lebih dari 4% di hadapan dolar AS karena perekonomian domestik China melambat seiring dengan eskalasi perang dagang dengan AS.
Setelah pernyataan Yi Gang tersebut, yuan langsung menguat setelah diperdagangkan di bawah level 6,7 terhadap dolar AS.
“PBOC mengirimkan peringatan verbal dan intervensi terhadap laju terpuruknya yuan yang sangat cepat,” ujar Zhou Hao, ekonom di Commerzbank AG, Singapura.
Dia menilai, di dalam jangka pendek, yuan dapat menguat karena trader melakukan aksi ambil untung dari penurunan baru-baru ini. Namun, jika pasar menolak pernyataan PBOC dan terus menekan yuan, maka bank sentral mungkin perlu melakukan intervensi hebat untuk menguatkan sinyalmya.
Namun, Yi menegaskan, risiko keuangan China dapat dikendalikan. “China telah mengendalikan mekanisme tingkat valuta asing yang mengambang, yang berdasarkan pasar permintaan dan penawaran, dengan acuan beberapa mata uang,” ujarnya.