Bisnis.com, JAKARTA – Seakan tak peduli dengan amarah dan protes dunia internasional khususnya negara-negara Arab, pembukaan kantor Kedutaaan Besar Amerika Serikat (AS) di Yerusalem justru dinyatakan menunjukkan kredibilitas AS kepada dunia.
Jared Kushner, menantu Presiden AS Donald Trump sekaligus penasihat seniornya untuk urusan Timur Tengah, menyatakan langkah pembukaan itu menunjukkan bahwa setiap keputusan yang diambil AS dapat dipercayai.
“Ketika Presiden Trump membuat janji, dia memenuhinya,” kata Kushner pada upacara peresmian kedubes, Senin (14/5/2018) waktu setempat, seperti dikutip Reuters.
Momen pembukaan itu disebutnya juga menunjukkan kepemimpinan Amerika. Dengan memindahkan kedubes ke Yerusalem, AS telah menunjukkan kepada dunia sekali lagi bahwa Amerika Serikat dapat dipercaya.
“Kami berdiri bersama teman-teman dan aliansi kami, dan di atas segalanya, kami telah menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan melakukan apa yang benar,” lanjutnya.
Pembukaan ini dilakukan sesuai dengan pengakuan Presiden Trump pada 6 Desember 2017 tentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel serta rencana untuk memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke kota tersebut. Langkah AS ini disambut gembira Israel dan membuat marah warga Palestina.
Baca Juga
Seperti diketahui, pada Desember 2017, sebanyak 128 negara memberikan suaranya dalam resolusi Majelis Umum PBB yang menyerukan agar AS membatalkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sebanyak 9 negara lainnya memilih menentang, 35 negara abstain, dan 21 negara tidak memberikan suara.
Status Yerusalem memang menjadi salah satu perselisihan paling sengit antara Israel dan Palestina. Israel menyatakan kota itu adalah ibu kotanya yang abadi dan tak terpisahkan, sedangkan Palestina menginginkan bagian timur kota itu sebagai ibu kota negara masa depan mereka sendiri.
Setidaknya 58 warga Palestina dilaporkan tewas akibat tembakan yang dilancarkan pihak militer Israel, sedangkan 2.700 lainnya luka-luka, dalam aksi protes di sepanjang perbatasan Gaza setelah AS membuka kedutaan besarnya di Yerusalem.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, korban tewas dan luka-luka disebabkan oleh peluru, gas air mata, serta senjata lainnya. Secara keseluruhan, jumlah korban yang jatuh sejak aksi protes berlangsung pada 30 Maret telah mencapai 103 orang.
Dunia internasional pun bereaksi atas peristiwa ini. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk kekerasan yang dilakukan tentara Israel, sedangkan Turki menyatakan AS turut bertanggung jawab bersama Israel atas pembantaian mengerikan yang terjadi dan menarik duta besarnya dari AS serta Israel.
Salah satu pernyataan paling keras disampaikan oleh Komisioner Tinggi PBB untuk HAM Zeid Ra'ad Al Hussein yang mengutuk peristiwa itu yang disebutnya sebagai pembunuhan lusinan orang, melukai ratusan orang oleh peluru Israel.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengklaim para pengunjuk rasa menyerang perbatasan dengan menggunakan batu dan senjata lainnya. Dia membela aksi tentara Israel dengan menyatakan bahwa semua negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya.
Naftali Bennett, menteri pendidikan Israel, kepada Israel Radio mengatakan bahwa Israel akan memperlakukan pagar Gaza sebagai ‘Dinding Besi’ dan siapa saja yang mendekatinya sebagai ‘teroris’.
Menurut sejumlah analis, peresmian kedubes AS di Yerusalem, disertai dengan pembunuhan puluhan demonstran Palestina pada hari Senin, semakin memperkecil kemungkinan perdamaian antara kedua belah pihak dengan AS sebagai perantara.
“Antara nol dan tidak ada,” ujar Martin Indyk, mantan utusan khusus AS untuk perundingan Israel-Palestina dalam pemerintahan Obama, mengacu pada kemungkinan bahwa Presiden Donald Trump akan membawa kedua belah pihak bersama-sama dan memediasi apa yang disebutnya sebagai ‘kesepakatan akhir’.
Protes warga Palestina dijadwalkan akan mencapai puncaknya pada hari ini, Selasa (15/5/2018), saat warga Palestina memperingati hari Nakba atau ‘Bencana’ ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka pada tahun 1948 yang sekaligus mendorong terbentuknya Israel.