Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUTA BESAR RI UNTUK FIJI MERANGKAP KIRIBATI, NAURU, DAN TUVALU, RADEN MOHAMMAD BENYAMIN SCOTT CARNADI: "Kita Terlalu Fokus ke Utara"

Bisnis.com, JAKARTA Negara-negara kepulauan di kawasan Pasifik acap kali dilupakan. Padahal, deretan negara kepulauan tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak tetangga Indonesia. Republik Fiji menjadi salah satu yang terbesar dan bisa menjadi salah satu mitra penting Indonesia pada masa mendatang. Untuk menggali perkembangan hubungan diplomatik, peluang bisnis dan investasi di kawsan Pasifik, Bisnis berkesempatan mewawancarai Raden Mohammad Benyamin Scott Carnadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Fiji merangkap Republik Kiribati, Republik Nauru, dan Tuvalu. Berikut Petikannya:
Ilustrasi
Ilustrasi

3. Menyukseskan Diplomasi Ekonomi

Adakah tugas khusus yang diamanatkan kepada Anda sebagai Duta Besar Fiji?

Yang paling ditekankan memang diplomasi ekonomi. Kami ingin meningkatkan hubungan perdagangan, konektivitas, jalur penerbangan dan laut. Sebetulnya, Fiji dan negara-negara kepulauan di Pasifik ini memiliki kedekatan geografis dengan kita, sebetulnya tetangga.

Selama ini memang enggak terlihat karena kita terlalu fokus ke utara, Asean, Indochina seperti Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar. Kita juga terlalu fokus ke Malaysia dan negara yang di sekitar situ seperti China, Jepang, India. Ke selatan, kita mungkin hanya ke Australia dan Selandia Baru.

Padahal, di sebelah timur ada gugusan negara-negara ini. Ada sekitar 14 negara kepualauan. Selain Fiji, negara lain di bawah akreditasi kami ialah Kiribati, Nauru, dan Tuvalu, negara pulau kecil dengan penduduk 10.000-an orang.

Namun, pada konstelasi internasional di PBB, mereka tetap memiliki satu suara. Ini dalam konteks saling mendukung. Indonesia mau menjadi anggota dewan keamanan PBB. Fiji minta juga didukung pencalonan mereka di dewan HAM PBB.

Negara-negara ini sebenarnya sangat dekat ke kawasan Timur Indonesia. Provinsi seperti Maluku, Maluku Utara, NTT, Papua dan Papua Barat, karena memiliki kedekatan sosial budaya dan suku bangsa dengan negara-negara di Asia Pasifik yakni suku bangsa Melanesia.

 

Bagaimana Anda melihat peluang kerja sama investasi kedua negara?

Kalau investasi Fiji dengan penduduk 1 juta, dari segi kapasitas ekonomi memang tidak terlalu besar. Namun, bukan berarti tidak ada investor potensial di sana. Mereka membangun pariwisatanya sangat maju sehingga bisa kerja sama pada sektor pariwisata.

Dari Indonesia ada satu perusahaan yang masuk ke sana menjual bahan bangunan seperti keramik, perlengkapan kamar mandi, panel-panel gedung dan lainnya. Perusahaan ini masuk ketika Fiji dilanda Topan Winston dan Indonesia membantu.

Mereka saat itu memasok bahan bangunan untuk rehabilitasi dan rupanya terjadi hubungan bisnis dengan pihak setempat. Ada keinginan untuk membeli bahan baku dari Indoensia, dalam waktu dekat akan dibuka kantor dan gudang di sana.

 

Bagaimana mengoptimalkan kerja sama ini dengan para pihak lainnya di Indonesia?

Kami rencananya juga mencoba menggandeng Kadin khusunya pada bidang budi daya rumput laut. Ini salah satu potensi yang juga bisa dikerjasamakan dengan Fiji.

Ada keinginan Fiji untuk berbisnis di bidang rumput laut dan Indonesia punya network untuk ekspor rumput laut dan lainnya. Selain itu, produk lain seperti kertas dan beras selama ini mereka cukup bergantung pada Australia, Selandia Baru dan Singapura tentunya. Bagusnya kalau kita punya jalur langsung.

Pemerintah sedang bangun tol laut ke arah timur. Mungkin kalau bisa dipeluas, dilanjutkan ke beberapa negara kepulauan di sana; Papua Nugini, Kepulauan Salomon, Nauru dan lainnya.

Kami akan berupaya mencari peluang bagi yang berminat untuk investasi di sana karena arahan Presiden ialah kita negara G20, pertumbuhan ekonomi bagus. Terutama untuk negara-negara pulau di Pasifik, kita harus menjadi mitra investor, bahkan membantu mereka. Jadi, ekonomi mereka ikut bergerak dan kita memperoleh manfaat.

Selama ini, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat mendominasi di wilayah Pasifik. Padahal, kita ini enggak jauh dari mereka karena tidak ada koneksi langsung tadi. Kalau bisa ada penerbangan langsung Denpasar—Nadi. Keduanya sama-sama kota wisata sehingga potensi wisata kedua negara bisa makin bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper