Bisnis.com, JAKARTA -- Untuk kedua kalinya, putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bertemu dengan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka. Pertemuan ini berlangsung di gerai martabak Markobar milik Gibran di Transmart Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Senin (9/4/2018).
AHY tiba di gerai Markobar sekitar pukul 19.45 WIB dan langsung disambut Gibran. AHY pun diajak menikmati hidangan martabak delapan rasa, ditemani Gibran yang duduk semeja dengannya.
Keduanya tampak berbincang dengan santai. Gibran mengenakan kaus putih, sedangkan AHY memakai kemeja bermotif hitam dan biru.
Selagi berbincang dengan Gibran, AHY tak henti-hentinya mendapat permintaan berfoto bersamadari puluhan pengunjung Transmart.
Dalam kesempatan itu, AHY tak datang sendirian karena hadir pula Ketua DPC Partai Demokrat Solo Supriyanto. Menurut informasi dari anggota rombongan, kedatangan AHY ke Transmart hanya untuk mampir ke Markobar sebelum melanjutkan perjalanan ke Boyolali.
Setelah menyantap martabak, AHY menepis spekulasi bahwa pertemuan dengan Gibran membahas persoalan politik.
"Sekali lagi, ini bukan pertemuan politik, jauh dari itu. Yang jelas, saya ingin terus berkomunikasi bersilaturahim dengan putra-putri presiden dan juga mantan presiden," paparnya.
Suami Anisa Pohan tersebut menampik bahwa pertemuannya dengan Gibran sangat eksklusif mengingat momen mendekati Tahun Politik 2019. AHY mengaku sudah beberapa kali bertemu dengan putra-putri presiden atau mantan Presiden RI, tapi tak semuanya terekspose media.
"Contohnya, saya sempat makan siang sama Mas Ilham Habibie, ngobrol tentang banyak hal. Saya pernah datang ke kantor Mbak Yenny Wahid [putri Gus Dur] ngobrol tentang banyak hal juga. Saya ketemu dengan Mas Guruh Soekarnoputra, juga berbicara tentang banyak hal. Malam hari ini saya ketemu dengan Mas Gibran juga bicara tentang banyak hal. Tetapi, tidak semua itu dalam konteks politik," terangnya.
AHY menegaskan hanya ingin menjalin hubungan silaturahmi dengan putra-putri presiden atau mantan Presiden RI.
"Karena bagaimanapun kami yang ditakdirkan jadi putra-putri presiden atau mantan presiden, itu punya kesamaan. Kesamaan yang saya maksud adalah pasti kita semua pernah merasa memiliki sebuah beban, beban yang dipikul karena terus menjadi sorotan," tambahnya.