Bisnis.com, SUKABUMI - Desa Citarik, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang diagendakan dikunjungi Presiden Jokowi terkait pelaksanaan program padat karya tunai atau "cash for work", memiliki sejumlah potensi wisata alam.
Kini, Desa Citarik sedang berupaya menggarap empat lokasi potensi alamnya untuk menjadi tujuan wisata daerah.
"Sektor wisata alam ini sudah mulai kita garap sejak 2016. Hingga kini sudah rampung 35%," kata Kades Citarik Moch Ledi Nurlaidi di Palabuhan Ratu, Minggu (8/4/2018) pagi.
Keempat potensi alam itu di antaranya Situ Kubang seluas luas 3.000 meter persegi, Curug Dulang dengan tujuh air terjun, Bukit Manunggal seluas 25 hektare, dan Goa Repagan yang menjadi situs peninggalan sejarah leluhur desa setempat.
Situ Kubang merupakan kolam retensi yang selama ini berfungsi sebagai kolam penampungan air bagi kebutuhan rumah tangga warga setempat. Warga Desa Citarik berdomisili di kawasan perbukitan yang mengalami kesulitan air tanah.
Sekitar 3 kilometer dari Situ Kubang, terdapat potensi alam Curug Dulang yang memiliki tujuh air terjun yang berasal dari Gunung Jayanti di kawasan itu.
"Kalau Curug Dulang sudah sampai pada tahapan pembuatan akses jalan, tapi bentuknya masih jalan setapak, belum beton. Jalan itu juga tembus ke Bukit Manunggal," kata Ledi.
Bukit Manunggal di Kampung Tegalega Pasir merupakan area perbukitan yang berfungsi sebagai menara pandang ke arah pesisir laut Pelabuhan Ratu.
"Kita bisa lihat penampakan laut dari Bukit Manunggal ini karena lokasinya yang tinggi," lanjut Ledi.
Potensi wisata berikutnya yang tengah digarap berupa Goa Repagan yang menyimpan sejarah leluhur warga setempat berikut nuansa kebudayaan warga setempat.
"Banyak cerita leluhur kita yang berasal dari Goa Repagan yang jaraknya dekat dari Bukit Manunggal. Goa itu dibuat warga kami untuk persinggahan tentara Belanda zaman perang. Goa Repagan ini merupakan area bebatuan yang menarik untuk difoto dan dinikmati nuansa alamnya karena ada di perbukitan," katanya.
Upaya merealisasikan keempat objek wisata itu hingga kini baru 35% melalui dana swadaya desa dan pengerahan tenaga masyarakat sekitar.
"Alhamdulillah tahun 2018 ini kami mendapatkan alokasi Program Dana Desa Padat Karya Tunai sebesar total Rp771 juta. Sebagiannya akan kita serap untuk kebutuhan realisasi ekowisata di kampung kami," tutur Ledi.
Ledi memproyeksikan, pihaknya masih membutuhkan tambahan biaya total Rp1 miliar untuk merealisasikan seluruh sarana dan prasarana pendukung kawasan wisata.
"Kira-kira Rp1 miliar lagi cukup untuk menyelesaikan kegiatan ini," ujarnya.