Bisnis.com, JAKARTA—Mabes Polri didesak untuk segera memaksimalkan Operasi Tinombala untuk memburu dan menangkap seluruh anggota teroris kelompok pimpinan Santoso yang masih buron di wilayah Poso, Sulawesi Tengah untuk mencegah peristiwa Marawi juga terjadi di Poso. Masih ada 7 teroris yang belum tertangkap, kendati Santoso sudah ditembak mati.
Pengamat Teroris dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Robi Sugara optimistis Kepolisian tidak hanya bisa mencegah terjadinya peristiwa Marawi melebar hingga ke Poso, tetapi juga dapat mencegah peredaran senjata api ilegal yang digunakan teroris di Indonesia jika operasi tinombala dimaksimalkan Kepolisian.
“Operasi Tinombala ini bisa mencegah peredaran senjata ilegal dan mencegah peristiwa Marawi terjadi di Poso,” tuturnya kepada Bisnis Rabu (28/3/2018).
Seperti diketahui, Kepolisian telah memperpanjang Operasi Tinombala hingga Maret 2018 untuk memburu 7 orang sisa teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang diketuai oleh Santoso yang tewas pada 2016 lalu.
Nama teroris yang tersisa itu di antaranya adalah Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon, Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar, Qatar alias Farel, Nae alias Galuh, Basir alias Romzi, Abu Alim, dan Kholid.
Baca juga: Konflik Pilkada bisa Ditunggangi Teroris tanpa Jaringan, Waspadalah!
Kepolisian memperpanjang Operasi Tinombala pada Januari 2018 dan akan berakhir pada Maret 2018 karena periode operasi tersebut hanya berlangsung selama tiga bulan. Operasi Tinombala, tidak hanya diisi oleh anggota Polri, tetapi juga melibatkan TNI, TNI AD, dan Brimob.
Menurut Robi, sisa kelompok teroris tersebut masih bisa menjadi ancaman bagi keamanan nasional, terlebih Indonesia akan mengadakan pemilihan kepala daerah serentak tahun ini dan pemilihan presiden tahun depan. Dia berharap Kepolisian tidak segan untuk meringkus semua teroris yang tersisa sehingga pesta demokrasi bisa berjalan dengan aman di Indonesia.
“Polri harus tangkap semua teroris itu, karena mereka akan memanfaatkan momentum apapun untuk melakukan aksi terornya,” katanya.