Kabar24.com, JAKARTA - Regulator federal dan jaksa penuntut negara sedang membuka penyelidikan ke Facebook, sebagaimana dilaporkan The New York Times, Selasa (20/3/2018).
Politisi di Amerika Serikat dan Eropa menyerukan kepada Chief Executive Facebook, Mark Zuckerberg, untuk bersaksi di hadapan mereka. Sementara, investor telah memotong nilai raksasa jejaring sosial tersebut sekitar US$ 50 miliar (Rp 688 triliun) dalam dua hari terakhir.
Mereka semua fokus pada hal yang sama: apakah Facebook salah menangani data pengguna. Facebook telah membangun jaringan sosialnya yang sangat menguntungkan dari penggunanya, menjual iklan berdasarkan usia, minat dan rincian lainnya.
Tetapi pengawasan atas data pribadi yang sangat banyak dipertanyakan, menyusul laporan bahwa perusahaan konsultan politik telah memperoleh informasi dari 50 juta pengguna.
"Investor bereaksi terhadap kekhawatiran regulasi dan konsekuensi regulasi," kata Brian Wieser, analis riset senior di Pivotal Research Group.
"Skala kesalahan hanya bisa menyebabkan seseorang menyimpulkan bahwa ini adalah masalah sistemik."
Baca Juga
Sejauh ini, sebagian besar eksekutif puncak jaringan sosial itu diam. Zuckerberg, pendirinya, dan Sheryl Sandberg, wakil utamanya, belum membuat pernyataan publik dalam beberapa hari terakhir.
Pasangan tersebut tidak hadir dalam pertemuan karyawan pada hari Selasa (20/3/2018), di Menlo Park, California, di mana perusahaan tersebut berada.
Pada pertemuan tersebut, para karyawan mengajukan pertanyaan tentang penyelidikan internal yang berkelanjutan ke dalam penggunaan data Facebook oleh perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica.
Perusahaan itu, yang terkait dengan kampanye Presiden Trump 2016, menggunakan data tersebut untuk menargetkan pesan kepada pemilih.